Sepenggal Kisah Perjalanan Karier Sang Kapten Epyardi Asda

banner 468x60

KOMPAS86.com
Capt. H. Epyardi Asda, M.Mar. gelar Datuak Sutan Majo Lelo (lahir 11 Maret 1962) adalah pengusaha dan politikus PAN yang menjabat sebagai Bupati Solok periode 2021–2024 dan Anggota DPR RI Fraksi PPP tiga periode sejak 2004 hingga 2018. Ia merupakan pemilik PT Kaluku Indah Permai yang melakukan reklamasi di Danau Singkarak Pada 2014, ia mencalonkan diri menjadi Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), tetapi di tengah pencalonannya, ia mengundurkan diri karena melihat kondisi partai yang terus menerus dirundung konflik.

Pendidikan dan karier pelaut

Epyardi Asda lahir dengan nama Efiyardi di Singkarak, Kabupaten Solok pada 11 Maret 1962. Ayahnya bernama Asfar Panduko Sutan dan Ibunya bernama Rosida. Ia mengenyam pendidikan di SD Negeri 2 Singkarak (lulus 1976), SMP Negeri Singkarak (lulus 1979), dan SMA Negeri Solok (1979-1982).

Setamat SMA, ia menempuh pendidikan kepelautan. Ia masuk Pendidikan Perwira Pelayaran Besar (P3B) Semarang (1982–1985) dan lulus pendidikan sertifikasi kepelautan ahli nautika tingkat (ANT) 3. Ketika berkuliah itu ia tercatat sebagai Ketua Organisasi Islam Kampus P3B Semarang. Setelah lulus, ia langsung bekerja sebagai kapten kapal di Singapore Shipping Company hingga tahun 1996.

Kemudian, ia melanjutkan pendidikan di Akademi Ilmu Pelayaran (AIP) Jakarta (1990–1991) dan lulus ANT 2. Setelah tidak lagi menjadi kapten kapal, ia menjadi Komisaris Utama PT. Kaluku Maritima Utama (1997–2004) yang juga bergerak di bidang kepelautan.

Selanjutnya, ia merampungkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta (2003–2004) dan lulus ANT 1 atau setingkat S1. Di kampus yang sama, ia menyelesaikan pendidikan dan meraih gelar S2 Master Mariner (M.Mar) pada tahun 2005.

Epyardi menjabat sebagai anggota DPR selama tiga periode, yaitu periode 2004–2009, periode 2009–2014, dan periode 2014–2018. Ia mewakili Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dari daerah pemilihan (dapil) Sumatera Barat I

Pada 2006, Epyardi yang sedang menjabat sebagai Ketua DPC PPP Kabupaten Solok diangkat secara sepihak menjadi Ketua DPW PPP Sumatera Barat oleh Wakil Ketua DPP PPP Alimarwan Hanan atas rivalnya Ketua DPC PPP Kabupaten Pasaman Barat Baharuddin R. Dalam masa kepemimpinan Epyardi sebagai Ketua DPW PPP Sumatera Barat, PPP bersama beberapa partai lainnya mengalami penurunan jumlah suara pada pemilihan umum 2009 di Sumatera Barat.

Pada periode 2009–2014, Epyardi duduk di Komisi V yang mengurusi permasalahan Perhubungan, Telekomunikasi, Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, Pembangunan Pedesaan dan Kawasan Tertinggal.

Pada periode 2014–2019, ia ditempatkan di Komisi II yang membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur dan reformasi birokrasi dan kepemiluan pada masa periode jabatan 2014–2018.

Saat duduk di DPR, terjadi perpecahan fraksi PPP antara kubu yang diketuai Hasrul Azwar dengan yang diketuai Epyardi Asda. Di tengah tarik ulur pembahasan alat kelengkapan dewan, Epyardi menyatakan dirinya adalah Ketua Fraksi PPP yang sah.

Epyardi menyebut bahwa Hasrul Azwar adalah ketua fraksi sementara karena hanya ditandatangani oleh Wakil Ketua Umum Emron Pangkapi dan Sekjen Romahurmuziy saja. Sementara itu, Surat Keputusan DPP PPP yang mengutus dirinya ditandatangani oleh Ketua Umum Suryadharma Ali dan Wasekjen Ahmad Gozali Harahap

Epyardi mencalonkan diri menjadi calon Ketua Umum PPP pada Muktamar ke-VIII di Hotel Grand Sahid, Jakarta. Tetapi di tengah pencalonannya, ia mengundurkan diri karena melihat kondisi partai yang terus menerus dirundung konflik. “Alasannya melihat partai yang seperti ini, silakan yang nafsu ambil, saya enggak tega ambil,” ujar Epyardi di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Jumat (31/10/2014).

Epyardi sempat ingin maju sebagai bakal calon Gubernur Sumatera Barat pada pemilihan umum serentak 2015, tetapi gamang karena putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yang mewajibkan legislator mundur sebelum berkontestasi di pemilihan umum kepala daerah.

Pada 2018, Epyardi memutuskan pindah ke Partai Amanat Nasional (PAN) Posisinya di DPR diganti oleh Hasanuddin melalui mekanisme pergantian antarwaktu (PAW). Ia kembali maju di pemilu 2019 daerah pemilihan (dapil) DKI Jakarta II yang meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan luar negeri, tetapi tidak terpilih.

Bersama wakilnya, Jon Firman Pandu, Epyardi berhasil memenangkan pemilihan umum Bupati Solok 2020.

Kegiatan lain

Sebelum menjadi anggota dewan, Epyardi adalah seorang pengusaha yang mendirikan beberapa perusahaan, diantaranya:

PT Kaluku Maritima Utama

PT Tree Elang Maritim

PT Anugrah Tetap Cemerlang

Takdir mengantarkan Capt. Epyardi Asda, M.Mar sebagai Bupati Solok periode 2021-2025. Menjadi seorang bupati, sama sekali tidak pernah terbersit dalam fikiran anak ketiga dari 12 bersaudara tersebut. Apalagi, dalam proses Pilkada Kabupaten Solok 2020 lalu, Epyardi baru memutuskan maju bersama Jon Firman Pandu, SH, empat bulan sebelum Pilkada digelar pada 9 Desember 2020.

Sebagai “anak kampung” yang miskin, berbagai cemooh, bahkan hinaan yang merendahkan, didapat Epyardi. Alih-alih menjadi minder atau rendah diri, pandangan negatif itu justru kian membulatkan tekad Epyardi untuk mengubah nasib.

Dengan berbagai pertimbangan, setamat dari SMA Negeri Solok (sekarang SMAN 1 Kota Solok) pada 1982, Epyardi dengan mantap memilih masuk ke “Akademi” Pendidikan Perwira Pelayaran Besar (P3B) di Semarang dan lulus tahun 1985, dengan sertifikasi kepelautan ahli nautika tingkat

Awal hidup di Singapura dilalui Epyardi dengan getir. Hidupnya terlunta-lunta, bahkan sering tidur di emperan toko. Di saat inilah, agama Islam menjadikan dirinya tetap kuat. Jauh dari keluarga dan sanak saudara serta hidup di perantauan, Epyardi mengadukan nasibnya ke Allah SWT. Yakni dengan rajin berzikir dan rutin Shalat Tahajjud.

Jalan hidupnya kemudian berubah setelah beberapa bulan, Epyardi mendapat pekerjaan di kapal asing. Epyardi diterima bekerja sebagai kapten kapal di Singapore Shipping Company hingga tahun 1996. Gaji pertamanya, dia kirimkan untuk orang tuanya dan gaji bulan kedua digunakan untuk membayar utang. Lima tahun bekerja di kapal asing, Epyardi bisa menyekolahkan adik-adiknya dan menaikan haji kedua orang tuanya. Di saat itu, Epyardi tak melupakan pendidikan. Di saat bekerja sebagai kapten kapal itu, dirinya juga melanjutkan pendidikan di Akademi Ilmu Pelayaran (AIP) Jakarta (1990-1991) dan lulus ANT 2.

(Dn)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan