KOMPAS86.COM, Bakauheni, Lampung – Kisah haru menyelimuti Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan. Seorang pria asal Wonogiri, Jawa Tengah, bernama Wahyono, harus menelan perjalanan pahit setelah ditinggalkan oleh dua rekannya yang menjanjikan pekerjaan di pulau sumatra.
Pada Rabu, 2 Juli 2025, Wahyono berangkat dari Solo menuju Pelabuhan Merak, dan melanjutkan perjalanan dengan kapal ferry menuju Pelabuhan Bakauheni. Ia mengira sedang menuju lembaran hidup baru, mengejar harapan bekerja di Pulau Sumatra. Namun, sesaat sebelum kapal sandar, ia berpamitan sebentar untuk ke toilet. Saat kembali, kedua temannya telah pergi meninggalkannya tanpa jejak.
“Dari Solo saya diajak kerja di Sumatra, tapi ketika kapal sampai dan saya kembali dari toilet, mereka sudah tidak ada,” ungkap Wahyono dengan mata berkaca-kaca.
Bingung dan tanpa tujuan, Wahyono berjalan kaki menyusuri jalan dari Pelabuhan Bakauheni hingga ke sampai ke daerah Tarahan lamsel Dalam kelelahan dan ketidakpastian, seorang pria yang tak ingin disebutkan namanya menghampiri dan bertanya kepada pak Wahyono.
“Saya mau di ajak mau kerja, tapi pas mau turun ditinggal teman,” ucapnya lirih.
Melihat kondisi Wahyono yang lelah dan putus asa, pria itu pun tergerak hatinya. Dengan penuh empati, ia mengantar Wahyono kembali ke Pelabuhan Bakauheni menggunakan sepeda motor. Di sana, ia berinisiatif berkoordinasi dengan Humas ASDP Bakauheni, Saipul, untuk membantu keberangkatan Wahyono pulang ke Jawa.
Respons hangat pun datang dari pihak ASDP. Tanpa ragu, mereka memberikan fasilitas penyeberangan gratis menggunakan kapal eksekutif Port Link dari Dermaga Eksekutif menuju Pelabuhan Merak.
“Alhamdulillah… saya sangat bersyukur. Saya tidak bisa membalas apa-apa, hanya bisa mendoakan kebaikan untuk semua yang sudah membantu saya,” tutur Wahyono sembari meneteskan air mata dan terharu.
Tak hanya itu, Wahyono juga menerima sedikit bekal uang dari para dermawan agar bisa melanjutkan perjalanan pulang ke kampung halamannya di Wonogiri, Solo.
Di tengah dunia yang kerap dipenuhi ketidakpedulian, kisah ini menjadi secercah cahaya tentang masih adanya orang-orang berhati mulia yang rela menolong tanpa pamrih. Uluran tangan yang tampak kecil, nyatanya mampu mengubah nasib dan memberi harapan baru bagi sesama.
(Ardiyanto)