Pemkab Karo Dinilai Gagal Tangani Pungli di Objek Wisata Tanah Karo

banner 468x60

KARO (SUMUT) KOMPAS86.com__,
Tanah Karo dikenal dengan objek wisatanya yang indah, yang dapat memanjakan mata saat menikmati keindahan alamnya yang super sejuk dan di penuhi pohon-pohon hijaunya.

Ketika menikmati objek wisata di Tanah Karo, kamu akan minim stres dan menjadikan tubuhmu menjadi rileks. Selain itu, aktivitas fisik juga membuat kamu lebih bugar, sehingga pernapasan menjadi teratur.

Hal tersebut dapat kita nikmati di berbagai objek wisata di Tanah Karo seperti contohnya, Air Terjun Sipiso-piso Desa Tongging, Lau Debuk-debuk, Gundaling Berastagi, Gua Liang Dahar Kuta Buluh, dan banyak lagi.

Masyarakat berbondong-bondong memanfaatkan waktu libur untuk mengunjungi kawasan wisata tersebut. Namun, tak sedikit ditemukan beberapa lokasi yang ternyata terdapat pungutan liar (pungli).

Pengamat Pariwisata, Aly Munthe, S.H, mengungkap penyebab banyaknya pungli di kawasan wisata tersebut. Seharusnya, kata dia, tidak ada biaya di luar pungutan resmi atas pengelolaan kawasan wisata.

“Semestinya tidak terjadi pungli di destinasi wisata, jika Pemerintah Daerah (Pemda) Karo, dan pengelola objek wisata menerapkan manajemen objek wisata secara baik,” ujar Aly Munthe, kepada Kompas86.com, (01/09/2024).

Menurutnya, Pungli bisa hadir ketika pengelolaan tidak sepenuhnya dinikmati oleh masyarakat. Alhasil, sejumlah oknum masyarakat memanfaatkan kondisi itu untuk mengambil untung dari padat pengunjung ke kawasan wisata.

“Pungli muncul karena ada sebagian masyarakat di destinasi wisata yang tidak kecipratan rejeki dari sektor pariwisata. Selain itu, Pungli juga merupakan aji mumpung dari masyarakat ketika destinasi padat pengunjung,” jelasnya.

Dia menyarankan, Pemda Karo dan pengelola tempat wisata melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala. Tujuannya untuk memastikan tidak terjadi pungli. Dia juga meminta pengelola menyiapkan hotline service sebagai tempat pengaduan bagi wisatawan yang terkena pungli.

“Terhadap oknum yang melakukan pungli sebaiknya dilakukan pembinaan dan penertiban, karena dapat merusak citra baik destinasi tersebut, dan hal itu sudah menajadi rahasia umum di Kabupaten Karo. Mau sampai kapan destinasi wisata dijadikan bahan Pungli. Dan bukan sekali dua kali Pungli di Tanah Karo sudah sempat viral di media sosial. Lantas apasih fungsinya Pemda Karo dan OPD terkait” ucapnya.

“Pengunjung yang menemui pungli bisa mengambil sikap menolak, mendokumentasikan oknum yang memungut pungli, atau melaporkan tindakan pungli kepada pihak-pihak terkait yang berwenang,” sambung Munthe.

Diberitakan sebelumnya, pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Karo turut meraup cuan selama periode libur yang ada. Ini turut menjadi dampak meningkatnya kunjungan ke titik-titik wisata.

Pengamat Pariwisata Aly Munthe, S.H, dan selaku putra daerah salah satu objek wisata yaitu, Air Terjun Sipiso-piso Desa Tongging, menaksir roda perekonomian masyarakat di sekitar kawasan wisata akan terdampak positif. Utamanya UMKM sektor kuliner dan kerajinan.

“Yang pasti roda perekonomian di daerah akan bergerak, karena ada perputaran uang dari wisatawan. Dampak positif juga dirasakan UMKM, utamanya yang mendukung sektor pariwisata, seperti kuliner dan kerajinan,” ungkap Aly Munthe kepada Kompas86.com, Minggu (01/09/2024)

Dia menjelaskan, pada masa libur, masyarakat cenderung memanfaatkan untuk berlibur. Apalagi, kata dia, tingkat ekonomi masyarakat sudah semakin membaik.

“Cuaca belakangan ini juga sudah mulai mendukung masyarakat untuk berwisata, meski suhu udara terasa cukup panas,” katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan ada sejumlah faktor yang jadi perhatian masyarakat untuk melakukan wisata. Diantaranya, kemudahan akses, pilihan akomodasi, keragaman kuliner di destinasi, serta variasi objek dan daya tarik wisatanya.

“Tak kalah penting adalah kenyamanan saat menikmati libur panjang,” tegasnya.

Di sisi lain, ada juga yang bisa membuat masyarakat ragu mengunjungi kawasan wisata. Berbanding terbalik dengan faktor pendorong di awal, kawasan yang macet hingga marak Pungli akan membuat masyarakat enggan berwisata.

“Meskipun destinasi itu populer, tapi jika sudah tidak nyaman lagi, maka wisatawan juga akan enggan untuk berkunjung. Misalnya karena macet, tidak aman, banyak pungli, kuliner mahal atau pemalakan di destinasi wisata,” pungkasnya.

#(Yogi Barus)#

Pos terkait

Tinggalkan Balasan