Kepri – Kompas86.com__, ( 15.05.2024 ) Saat ini, kondisi cuaca di sejumlah tempat memang sangat sulit diprediksi. Suasana pagi dilihat sangat cerah. Tapi di tengah hari, bisa mendadak hujan hingga sore hari. Membuat para petani dan pembudidaya ikan di desa Gesek Kecamatan Toapaya kewalahan menghadapinya.
Seperti dialami Asiang. Seorang pembudidaya ikan di desa Gesek RT 018 RW 005, Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan. Pria berusia lima puluhan ini memiliki kolam ternak ikan Nila dan Ikan Lele. Usaha tersebut telah lama ditekuninya. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, diharapkan dari usaha tersebut.
Namun belakangan, Asiang malah semakin terpuruk lantaran ikan yang dibudidayakannya banyak yang mati dan terapung di kolam tempatnya membudidaya. Namun setelah Asiang dan rekan sepenanggungan menyelidiki penyebab ikan nya mati, ternyata berasal dari limbah yang keluar sebuah proyek besar yang sedang menggesa pembangunannya. Diperoleh informasi, bahwa proyek itu milik PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA). Perusahaan yang bergerak dibidang penetasan telur ayam (hatchery). Berada tak jauh dari lokasi Asiang.
Merasa dirinya dan beberapa orang rekannya telah dirugikan, akhirnya pergi bersama-sama menemui pihak perusahaan. Tujuannya, untuk meminta pertanggungjawaban pihak perusahaan atas kerugian yang dialami mereka.
Dikonfirmasi melalui layanan telepon, Asiang memaparkan, “Kalau suasana hujan, air disini menjadi keruh. Soalnya, air dari pintu depan (akses jalan yang ditimbunan oleh pihak perusahaan-red), turun ke lokasi saya ini. Jadi, air yang keruh itu masuk ke kolam saya. Kejadian ini sudah hampir setahun pak, “paparnya (15/05/2024).
Ditambahkannya. Memang pihak perusahaan pernah berjanji mau mengganti kerugian kami. Tapi sampai sudah 7 bulan janjinya, tak pernah terwujud. Jadi, kami hanya diberi janji manis saja. Selain saya, masih ada lagi petani yang lain, yang kebunnya tertimbun lumpur, “imbuhnya.
Masih menurut Asiang. Ikan saya yang mati terapung saat itu, mencapai ribuan ekor, pak. Mulai dari bibit hingga induknya. Kerugian yang saya alami mencapai puluhan juta rupiah. Jadi, kami sangat mengharapkan perhatian dari pihak perusahaan. Khususnya, kerugian yang kami alami, “bebernya.
Disisi lain, Isran Ciomas, lelaki yang disebut-sebut sebagai pihak perusahaan, coba dikonfirmasi melalui layanan telepon. Dikatakannya, “wah saya masih di Pekanbaru, pak. Mengenai konfirmasi, nanti saya minta waktu sama pimpinan saya dulu ya pak, “ujar Isran di ujung telepon, (15/05/2024).
Hal senada juga disampaikan warga lainnya, sebut saja Boy. Lelaki yang berprofesi sebagai petani sayur ini juga meresahkan dampak buruk dari penimbunan perusahaan yang sedang membangun itu. Ratusan batang tanaman sayurnya rusak lantaran dihantam air lumpur yang datang dari areal pembangunan perusahaan itu.
“Iya bang. Tanaman sayuran saya banyak yang rusak ketika dihantam air lumpur yang datang dari lokasi pembangunan itu. Terus terang kami sangat dirugikan sejak perusahaan itu membangun. Kami jga berharap, supaya ada tindakan dari pemerintah terhadap persoalan ini, “tuturnya berharap.
Perusahaan ternama yang sedang melebarkan sayapnya di daerah ini, telah meresahkan dan menimbulkan kerugian terhadap sejumlah petani dan peternak ikan. Diminta kepada pihak berkompeten menyangkut perizinan, di daerah ini, agar segera mengambil tindakan.
(Martin)