Kemenag Bireuen Perkuat Pendidikan Karakter Islami Melalui Kurikulum Cinta dan Keteladanan

banner 468x60

Kompas86.Com, Bireuen – Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bireuen terus berkomitmen membangun peradaban pendidikan yang berakar pada nilai-nilai Islam melalui penguatan karakter guru dan siswa. Salah satu terobosan strategis yang diusung adalah penerapan kurikulum berbasis cinta dan nilai-nilai keislaman, sebagai upaya membentuk generasi berilmu tinggi dan berakhlak mulia.

Hal ini ditegaskan oleh Dr. H. Zulkifli, S.Ag., M.Pd., saat membuka Kegiatan Uji Kompetensi Pedagogik Guru di MTsN 1 Bireuen. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa pendidikan tidak hanya bertujuan mencerdaskan secara intelektual, tetapi juga menumbuhkan kecintaan kepada ilmu, iman, dan amal shalih.

“Setiap apersepsi pembelajaran hendaknya dimulai dengan ayat Al-Qur’an atau hadis yang relevan. Ini bukan sekadar metode, tetapi bagian dari menanamkan nilai ilahiyah dalam setiap proses belajar-mengajar,” ujarnya.

Kurikulum berbasis cinta, lanjut Dr. Zulkifli, merupakan pendekatan yang mengedepankan kelembutan, empati, kasih sayang, dan keteladanan. Guru diposisikan sebagai qudwah hasanah (teladan yang baik), yang menanamkan akhlakul karimah dalam setiap interaksi pendidikan.

“Guru harus hadir bukan hanya sebagai penyampai materi, tetapi sebagai sosok yang membimbing dengan hati dan menginspirasi dengan akhlak. Jika guru mengajar dengan cinta dan iman, maka akan lahir generasi yang cerdas pikirannya dan bersih jiwanya,” tambahnya.

Konsep ini nantinya akan dituangkan secara sistematis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), di mana nilai-nilai spiritual Islam akan menjadi ruh dari setiap mata pelajaran. Dengan demikian, proses pendidikan di madrasah bukan hanya membentuk aspek kognitif, melainkan juga spiritual, emosional, dan sosial.

Kegiatan ini diikuti oleh seluruh guru MTs se-Kabupaten Bireuen, sebagai wujud komitmen bersama dalam memperkuat karakter pendidikan Islami. Kemenag Bireuen juga merencanakan ekspansi penerapan kurikulum ini ke jenjang MI (Madrasah Ibtidaiyah) dan MA (Madrasah Aliyah), demi memperkuat pondasi keilmuan dan keimanan secara menyeluruh.

Melalui pendekatan yang menyentuh akal dan hati, Kemenag Bireuen optimis madrasah akan menjadi garda terdepan dalam melahirkan insan kamil — generasi yang seimbang antara sains dan spiritualitas, serta mampu menjawab tantangan zaman tanpa kehilangan jati diri keislamannya.

Berikut versi yang telah disempurnakan dengan gaya penulisan yang lebih profesional, bernas, dan bernuansa islami:

Kemenag Bireuen Perkuat Pendidikan Karakter Islami Melalui Kurikulum Cinta dan Keteladanan

Bireuen — Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bireuen terus berkomitmen membangun peradaban pendidikan yang berakar pada nilai-nilai Islam melalui penguatan karakter guru dan siswa. Salah satu terobosan strategis yang diusung adalah penerapan kurikulum berbasis cinta dan nilai-nilai keislaman, sebagai upaya membentuk generasi berilmu tinggi dan berakhlak mulia.

Hal ini ditegaskan oleh Dr. H. Zulkifli, S.Ag., M.Pd., saat membuka Kegiatan Uji Kompetensi Pedagogik Guru di MTsN 1 Bireuen. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa pendidikan tidak hanya bertujuan mencerdaskan secara intelektual, tetapi juga menumbuhkan kecintaan kepada ilmu, iman, dan amal shalih.

“Setiap apersepsi pembelajaran hendaknya dimulai dengan ayat Al-Qur’an atau hadis yang relevan. Ini bukan sekadar metode, tetapi bagian dari menanamkan nilai ilahiyah dalam setiap proses belajar-mengajar,” ujarnya.

Kurikulum berbasis cinta, lanjut Dr. Zulkifli, merupakan pendekatan yang mengedepankan kelembutan, empati, kasih sayang, dan keteladanan. Guru diposisikan sebagai qudwah hasanah (teladan yang baik), yang menanamkan akhlakul karimah dalam setiap interaksi pendidikan.

“Guru harus hadir bukan hanya sebagai penyampai materi, tetapi sebagai sosok yang membimbing dengan hati dan menginspirasi dengan akhlak. Jika guru mengajar dengan cinta dan iman, maka akan lahir generasi yang cerdas pikirannya dan bersih jiwanya,” tambahnya.

Konsep ini nantinya akan dituangkan secara sistematis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), di mana nilai-nilai spiritual Islam akan menjadi ruh dari setiap mata pelajaran. Dengan demikian, proses pendidikan di madrasah bukan hanya membentuk aspek kognitif, melainkan juga spiritual, emosional, dan sosial.

Kegiatan ini diikuti oleh seluruh guru MTs se-Kabupaten Bireuen, sebagai wujud komitmen bersama dalam memperkuat karakter pendidikan Islami. Kemenag Bireuen juga merencanakan ekspansi penerapan kurikulum ini ke jenjang MI (Madrasah Ibtidaiyah) dan MA (Madrasah Aliyah), demi memperkuat pondasi keilmuan dan keimanan secara menyeluruh.

Melalui pendekatan yang menyentuh akal dan hati, Kemenag Bireuen optimis madrasah akan menjadi garda terdepan dalam melahirkan insan kamil — generasi yang seimbang antara sains dan spiritualitas, serta mampu menjawab tantangan zaman tanpa kehilangan jati diri keislamannya.(Hendra)

Pos terkait