Hari Pendidikan Nasional: Membangun Generasi Hebat Lewat Sinergi Guru, Orang Tua, dan Lingkungan

banner 468x60

MALUKU UTARAKOMPAS86.COM__, Setiap tanggal 2 Mei, kita memperingati Hari Pendidikan Nasional—sebuah momen refleksi yang tidak hanya menandai penghormatan kepada Ki Hajar Dewantara, tetapi juga menjadi kesempatan bagi seluruh elemen bangsa untuk meninjau ulang wajah pendidikan kita hari ini. Pendidikan sejati bukanlah sekadar soal angka, peringkat, atau ijazah. Ia adalah proses panjang membentuk manusia yang utuh: cerdas secara intelektual, tangguh secara mental, dan luhur dalam moral.

 

Namun, tantangan dunia pendidikan kian kompleks. Guru—yang selama ini menjadi garda terdepan pembentukan karakter bangsa—kini kerap berada dalam posisi yang serba salah. Niat mendidik kadang dianggap melanggar, sikap tegas dicap kasar, dan wewenang moral perlahan tergerus oleh tekanan sosial. Padahal, guru bukan sekadar pengajar, melainkan pembimbing jiwa. Ia adalah orang tua kedua di lingkungan sekolah, yang dengan penuh dedikasi membentuk pribadi anak-anak kita di tengah keterbatasan sarana maupun dukungan.

 

Ironisnya, masih ada anggapan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab eksklusif sekolah. Padahal, keberhasilan pendidikan bergantung pada sinergi tiga pilar utama: guru, orang tua, dan masyarakat. Keluarga merupakan madrasah pertama, tempat anak mengenal nilai, etika, dan kebiasaan hidup. Masyarakat adalah ruang tempat anak belajar menjadi bagian dari kehidupan sosial. Sekolah menjadi arena untuk memperluas wawasan dan menanamkan kedisiplinan serta tanggung jawab. Ketiganya bukan saling menggantikan, tetapi harus saling menguatkan.

 

Pendidikan karakter tidak bisa hanya diceramahkan. Ia menuntut keteladanan, konsistensi, dan kesadaran kolektif. Ketika orang tua mencerminkan nilai-nilai baik di rumah, masyarakat menjaga norma dan etika di lingkungan, dan guru menunjukkan integritas dalam mendidik—maka di situlah pendidikan menemukan ruhnya yang sejati. Anak-anak akan tumbuh bukan hanya sebagai insan cerdas, tapi juga berempati, tangguh, dan berintegritas.

 

Khusus di daerah-daerah seperti Maluku Utara, permasalahan pendidikan tidak hanya terletak pada kualitas pengajaran, tapi juga infrastruktur yang masih tertinggal. Banyak sekolah berdiri dalam kondisi memprihatinkan, akses pendidikan belum merata, dan tenaga pengajar masih kurang tersebar secara adil. Dalam situasi ini, kehadiran aktif pemerintah daerah menjadi sangat krusial. Investasi dalam pendidikan bukan sekadar membangun gedung, tapi membangun peradaban. Pendidikan yang bermutu adalah jembatan menuju masa depan yang lebih adil dan bermartabat.

 

Hari Pendidikan Nasional hendaknya menjadi panggilan untuk bertindak, bukan sekadar peringatan simbolik. Ini adalah seruan moral untuk memperkuat sinergi antara guru, orang tua, dan masyarakat demi membangun generasi unggul yang siap menghadapi tantangan zaman. Sebab hanya dengan kebersamaan dan kepedulian bersama, kita bisa memastikan bahwa pendidikan bukan hanya hak, tetapi juga harapan yang nyata bagi setiap anak Indonesia.

 

R. HALIL

Pos terkait