Jalan PT.SLR Terbentang Dari Kabupaten Lahat Melintas Di Kabupaten Pali Hinga Dermaga Perairan Musi Kabupaten Muara Enim.

banner 468x60

PALI – SUMSEL – KOMPAS86.COM
Jalan tambang batubara milik PT. Servo Lintas Raya {SLR} terbentang dari kabupaten kota Lahat, melintas di kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir {Pali} hinga Dermaga Perairan Musi kabupaten Muara Enim, angkutan batubara (angbara) milik transportir yang terus melancarkan eksplorasi produksinya kerap mendapat berbagai macam komentar dari sudut pandang yang berbeda juga, baik komentar positif maupun negatif.

Ratusan kilometer jalan Tambang (khusus) operasi eksplorasi produksi milik SLR , dari lokasi tambang yang terletak di kabupaten Lahat hingga Dermaga perairan Sungai Musi yang suda termasuk wilayah Kabupaten Muara Enim, di ujung Kabupaten PALI sebelum memasuki wilayah Muara Enim angkutan batubara di jedah di km 36 wilaya pemeritahan Desa Harapan Jaya Kecamatan Tanah Abang Kabupaten PALI.

Diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia khususnya, bahwa setiap berdirinya perusahaan pasti ada analisa dampak lingkungan {Amdal} yang sudah menjadi bahan pertimbangan oleh perusahaan, dampak lingkungan yang di maksud inilah yang memunculkan sudut pandang yang berbeda atau bisa di bilang “pro dan kontra “mungkin penjabaran nya seperti itu.

Di kutip dari perbincangan ibu-ibu rumah tangga yang sedang membincangkan para suami mereka yang bekerja di Servo, seperti yang diketahui khalayak umum warga kecamatan Tanah Abang terkhusus bagi perempuan, mereka tidak mengetahui suaminya bekerja di Subkontrak mana saja namun dia menyebutkan nama servo “teseralah urang laen be pendapat ape nak nuntut ape, yang jelas sejak laki ku begawe di Servo kami nak makan idak susah aman nak mantang apelagi meneri getah kecik uleh ari panas (terserah orang lain mau bilang apa tentang sisi positif dan negatif PT. Servo yang jelas semenjak suami saya bekerja di Servo untuk makan keluarga tidaklah susah)” ungkap salah satu dari perempuan yang sedang berbincang dengan memakai bahasa daerah nya, “Sudahlah Jika kita masyarakat mau mengambil sisi positif yang menguntungkan dari perusahaan, cukup kita analisa dari satu bidang kebun warga yang sudah terjual ke pihak perusahaan sewaktu kebun itu masih menjadi milik pribadi warga (belum terjual) kebun tersebut hanya mampu memberikan hasil kepada pemiliknya (hanya satu orang) namun ketika kebun tersebut dijual ke pihak perusahaan dan ternyata perusahaan tersebut membeli tanah untuk full atau warshof misalnya, artinya banyak ketenagakerjaan yang di butuhkan, puluhan bahkan ratusan tenaga kerja bisa tertampung dan mendapatkan pekerjaan yang layak dari satu bidang kebun” sambung perempuan itu menjelaskan kepada teman bicaranya.

Pada akhir perbincangan tersebut dapat kita simpulkan, tanggapan dari para ibu-ibu mengenai kasus ini bisa kita pribahasakan dengan “Patah tumbuh hilang berganti ( Broken growing lost replaced)” Para warga yang tadinya patah semangat karena kehilangan kebun namun tanpa di sadari semua yang hilang akan tumbuh dan berganti dengan suasana yang berbeda.

“Semua bisa buruk jika kita ambil dari sisi buruknya, namun jika kita mau mencoba introspeksi atau mawas diri, bukan hanya perusahaan yang berdampak namun juga binatang peliharaan kita seperti contohnya “Sapi” tanpa kita sadari akan berdampak buruk pada dunia, seperti penjelasan ini “ketika kotoran sapi yang ada di bumi terkena teriknya matahari maka itu akan menimbulkan semacam pantulan hinga membuat lapisan ozon akan menipis, begitu juga tanam tumbuh yang kita sumbangkan, tanpa kita sadari ada berapa ratus orang yang bisa mendapatkan oksigen dari satu batang pohon yang kita tanam “dengan nada serius perempuan itu menjelaskan. Begitulah kiranya jika kita mau berfikir dua arah dengan mempertimbangkan segala aspek-aspek yang dapat terjadi baik itu sisi positif maupun negatif.

Penulis Ansori (Toyeng)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan