Saumlaki (Tanimbar)
Kompas86.com.
Sekretaris Relawan Boy Uwuratuw(RBU) Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) Roy Jehubjanan mengungkapkan visi bakal calon Bupati KKT Boy Uwuratuw dengan menampilkan judul tulisan
sengaja dipilih untuk merepresentasikan 3 entitas yang saling berhubungan yakni, Dokter Boy, Matakus dan Pariwisata Tanimbar. Mengapa? …..
Pertama, Julianus Aboyaman Uwuratu yang lebih akrab disapa dokter Boy, saat ini sedang didukung dan dipromosikan sebagai Bupati Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) pada Pilkada 2024 mendatang. Sehingga konsepnya tentang pembangunan KKT ke depan mesti dibedah dan ditawarkan sebagai solusi atas problem KKT saat ini.
Kedua, Matakus merupakan etalase pariwisata KKT yang prospektif sebagai salah satu sektor potensial secara ekonomis untuk dikembangkan agar memberikan dampak ekonomis bagi KKT ke depan.
Ketiga, Pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan KKT, namun hingga kini belum memberi dampak signifikan bagi perkembangan perekonomian daerah.
Keterhubungan tiga entitas itu terletak pada bagaimana konsep Dokter Boy dalam membangun sektor Pariwisata KKT, yang tercermin dari Matakus sebagai etalasenya.
Hal ini juga merupakan refleksi pikiran Dokter Boy dalam memajukan sektor pariwisata KKT saat melakukan kunjungan bersama Tim Relawan Boy Uwuratu (RBU) KKT ke Desa Matakus dalam rangka pelantikan RBU Desa Matakus pada tanggal 10 September 2023 lalu.
Sebagai gambaran awal, data Badan Pusat Statistik tahun 2022 menunjukkan bahwa sektor Pariwisata di KKT berkontribusi sebesar 0.22% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) KKT. Padahal, di tahun yang sama, sektor pariwisata nasional sudah berkontribusi sebesar 20% terhadap PDB. Mengapa demikian?
Menurut Dokter Boy, problemnya terletak pada tiga hal, yaitu: (1) Perencanaan pembangunan yang belum menjadikan sektor Pariwisata sebagai leading sektor, plus konsep perencanaan yang bersifat parsial; (2) Disparitas antara konsep pengembangan dengan perilaku wisatawan; dan (3) Rendahnya promosi.
Pertama, pembangunan sektor pariwisata di Tanimbar masih dianggap sebelah mata, sehingga alokasi ruang fiskal untuk pengembangan masih terbatas. Disamping itu, pola pengembangannya belum terpadu dengan sektor-sektor lainnya. “Ambil contoh di Matakus, sejumlah fasilitas yang dibangun tidak lagi terawat dengan baik. Sementara akses dari dan ke Matakus yang mesti melibatkan sektor perhubungan belum dikembangkan. Akibatnya, tingkat kunjungan yang berkorelasi dengan pendapatan masih minim.
Kedua, konsep pengembangan masih jauh dari perilaku dan harapan wisatawan. Misalnya, perilaku wisatawan domestik yang umumnya berpendapatan rendah, tidak membutuhkan fasilitas penginapan, melainkan ketersediaan kuliner. Sebaliknya, wisatawan mancanegara lebih membutuhkan fasilitas penginapan sekaligus kulinernya. Inilah yang mesti menjadi perhatian dalam merencanakan pengembangan setiap destinasi wisata di KKT.
Ketiga, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media promosi yang masih terbatas. “Gambaran itulah yang kemudian terlihat jelas efeknya pada nilai PDRB yang dipublikasikan oleh BPS setiap tahun. Padahal, KKT memiliki beragam potensi pariwisata unggul, baik alam maupun budaya yang menjanjikan secara ekonomis. Secara kasat mata, hal itu terpampang nyata di etalase pariwisata Tanimbar yang bernama MATAKUS,” jelas Jehubjanan.
“Oleh sebab itu, Dokter Boy berpendapat bahwa memajukan sektor pariwisata Tanimbar mesti dapat menjawab ketiga problem tersebut diatas, yakni: (1) Menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan di KKT; (2) Sinkronisasi konsep pengembangan dengan perilaku wisatawan: dan (3) Manfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media promosi,” lanjutnya.
Bila ketiga langka tersebut dilakukan, maka sektor pariwisata KKT dapat memberi kontribusi yang signifikan bagi PDRB, dan pada gilirannya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, tandas Jehubjanan.
( Mas Agus )