Kompas86.Com 14/11/2023
Apa itu penyakit lahan basah?
Lahan basah merupakan lingkungan yang memiliki keanekaragaman hayati yang menjadi wadah dalam menampung sejuta manfaat bagi manusia. Akan tetapi, dari banyaknya manfaat yang ada dan dibalik keindahan alam tersebut terdapat berbagai bentuk ancaman penyakit menular yang berisiko terhadap kesehatan. Namun, manusia seringkali terlena akan hal ini sehingga muncul berbagai kasus penyakit menular, seperti Schistosomiasis dan Leptospirosis, yang berpotensi dalam menurunkan tingkat produktivitas kesehatan masyarakat yang ada di daerah lahan basah.
Schistosomiasis atau juga dikenal sebagai penyakit cacing pipih yang sering menghantui masyarakat di pemukiman lahan basah. Penyakit ini disebabkan oleh cacing parasit Schistosoma yang ditularkan melalui air tawar. Penyakit ini seringkali mengkontaminasi masyarakat sekitar yang melakukan aktivitas di air dengan menggunakannya sebagai kebutuhan sehari-hari, seperti mencuci dan meminumnya. Parasit ini akan tumbuh dan berkembang di sungai ataupun danau yang menjadi tempat ideal di lahan basah.
Sedangkan, Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Umumnya penyakit ini dapat terkontaminasi melalui darah atau urine hewan yang telah terinfeksi terlebih dahulu, dan biasanya bakteri Leptospira terdapat di daerah sungai, rawa-rawa, atau tumpahan air. Leptospirosis pada hewan biasanya dapat ditemui pada hewan seperti, tikus, anjing, dan hewan mamalia lainnya yang mampu menginfeksi manusia.
*Bagaimana gejala dari penyakit tersebut?*
Gejala Schistosomiasis umumnya meliputi demam, batuk, diare, dan berbagai gejala lainnya yang seringkali diabaikan. Gejala akut pada penyakit ini mengalami fase 14 sampai dengan 84 hari lamanya yang ditandai dengan munculnya gatal, ruam, demam, nyeri otot dan sendi, serta sakit kepala yang diiringi sesak napas. Kemudian, gejala kronik biasanya ditemui pada organ yang telah terinfeksi. Contohnya, apabila cacing parasit ini menginfeksi organ pencernaan atau hati, maka gejala yang timbul dapat berupa diare, tukak lambung, hipertensi pada jaringan vena porta dan gangguan seluruh pembuluh darah pada sistem pencernaan.
Gejala Leptospirosis biasanya muncul selama 7-12 hari sejak terpapar Leptospira dengan berbagai macam gejala penyakit yang umumnya sama dengan gejala penyakit demam berdarah, seperti pusing atau sakit kepala, mual muntah, demam tinggi, nyeri otot, mata merah, dan keluar bintik-bintik merah pada kulit. Apabila terus berlanjut selama lebih dari 7 hari, penderita akan mengalami penyakit Leptospirosis tahap dua atau penyakit Weil.
Penyakit Weil ditandai dengan munculnya peradangan yang diakibatkan oleh infeksi dalam jangka waktu 1-3 hari setelah kasus kejadian penyakit tahap pertama. Gejala timbul tergantung pada organ yang terinfeksi, namun seringkali penderita mengalami, demam, nyeri dada, sesak nafas, sulit BAK, penyakit kuning, bengkak pada tangan dan kaki, mimisan disertai batuk berdarah, dan terus mengalami keringat dingin serta tubuh melemah.
*Pencegahan yang dapat dilakukan dalam mengatasi penyakit ini?*
Hal yang perlu diperhatikan sebagai bentuk dari kesadaran diri masyarakat sekitar yang berada dipemukiman lahan basah, penting adanya dedikasi dalam mengatasi, mencegah, dan menanggulangi angka penularan penyakit menular yang ada dilahan basah.
Upaya yang dapat dilakukan sebagai bentuk sederhana, yaitu menghindari kontak langsung dengan air yang mungkin terkontaminasi, tidak berenang diarea kotor, menjaga kebersihan pribadi. Kemudian, melakukan pengendalian vektor dengan memonitoring lingkungan untuk meningkatkan akses kesehatan dan tindakan perawatan medis yang dibutuhkan. Kesehatan merupakan prioritas utama dari bentuk lingkungan yang sehat, tentunya menjadi perhitungan pada masyarakat di lahan basah.
Meskipun terdapat berbagai macam penyakit menular di kawasan lahan basah, salah satunya ancaman penyakit Schistosomiasis dan Leptospirosis, akan tetapi dengan adanya tindakan preventif yang menjadi acuan bagi masyarakat setempat dengan memfokuskan perhatian yang tepat, maka dengan menjaga dan melindungi kualitas lingkungan dalam menjamin kesehatan ialah suatu hal yang amat dibutuhkan.
Author: Kelompok 4 PMLB (fany/annisa/khalisha/luthfiyah/rahmalia)
Jurnalis
Toying