Trenggalek ( JATIM ) Kompas86.com
Tradisi lebaran ketupat atau yang lebih dikenal dengan sebutan ( Kupatan ) di wilayah Kecamatan Durenan Trenggalek sudah ada dari puluhan tahun yang lalu ,tradisi ini merupakan rentetetan dari lebaran Idhul Fitri ,yang mana Kupatan tersebut di laksanakan pada saat lebaran ke tujuh ,untuk tahun ini Pelaksanaan lebaran ketupat 2024 di Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek berlangsung pada Rabu (17/4/2024).
Seperti tahun tahun sebelum nya ,pada momentum lebaran ketupat pasti di sesaki oleh Ribuan masyarakat Kecamatan Durenan,bahkan bukan hanya warga kecamatan Durenan saja yang ikut memeriahkan , dari luar kecamatan bahkan luar kabupaten Trenggalek ikut tumplek blek hadir di wilayah durenan ,rangkaian prosesi kupatan yang ada di Desa Durenan Kecamatan Durenan Trenggalek ,ada arak-arakan gunungan ketupat atau gunungan lanang dan gunungan hasil bumi perempuan
Arak-arakan gunungan ketupat dimulai dari rumah kepala desa Durenan, lalu melewati jalan perkampungan penduduk menuju Ponpes Babul Ulum.Setibanya di Ponpes, gunungan ketupat dan hasil bumi didoakan oleh KH Abdul Fattah Mu’in yang kemudian di arak menuju Lapangan Kecamatan Durenan melalui jalan nasional Trenggalek – Tulungagung.
Di lapangan Kecamatan Durenan, masyarakat dari berbagai daerah sudah menunggu untuk memperebutkan ketupat serta hasil bumi tersebut.Seorang masyarakat, Adila Azkia sangat antusias untuk bisa mendapatkan ketupat tersebut. Ia rela berdesakan untuk mendapatkan berkah dari ketupat yang sudah didoakan oleh para ulama tersebut.
Pada kesempatan ini Kepala Desa Durenan “Imam Safi’i .SE.Spd menuturkan bahwa kegiatan ini sudah turun temurun dari leluhur kami ,dan berjalan rutin pada tiap tahun “Alhamdulillah pada Kupatan tahun ini berlangsung lebih meriah dan prosesi untuk arak arakan gunungan ketupat itu mengandung filosofi sebagai bukti kemakmuran dan ucap syukur kepada sang pencipta yang di wujudkan dengan gunungan ketupat tersebut ” tutur Safi’i
Dan yang lebih penting Tradisi kupatan bisa menjadi sarana untuk saling menjalin tali silaturahmi masyarakat ,selain saling bersosialisasi di momentum Kupatan ini kita bisa saling bermaaf maafan ,kemudian bisa berbagi ketupat yang sudah di lengkapi dengan aneka sayur yang sudah di siapkan .
Masih menurut Safi’i ketupat ini terbuat dari beras yang di bungkus dengan janur kuning lalu di rebus sampai betul betul kenyal ,kenapa kog di bungkus dengan janur kuning ” karena sebagai orang Jawa makna dari janur kuning adalah sebagai penolak bala’juga dalan falsafah Jawa kuno janur kuning di lambangkan ucap syukur atas karunia Allah SWT sedang Kupat itu bisa di konotasikan( Ngaku Lepat) jadi saling maaf memaafkan “terang Safi’i
Di tempat terpisah saat Kompas 86 berbincang dengan salah satu pengunjung “Wahyudi Dari Jombang ,bapak dua anak ini sengaja datang di Durenan selain untuk berkunjung kerumah famili juga ingin menyaksikan tradisi kupatan “menurutnya tidak terlalu sulit untuk mendapatkan ketupat. Kalau untuk mendapatkan ketupatnya memang harus berdesak-desakan karena banyak orang yang berebut, tapi yang buah-buahan cukup mudah karena tidak terlalu banyak peminatnya,” kata Wahyudi
Pengunjung asli Jombang tersebut menilai tradisi lebaran ketupat tersebut cukup unik karena belum pernah ia temui di tempat lain
Saking senengnya tadi kami rela mengikuti semua prosesi mulai dari pemberangkatan, arak-arakan, pembacaan doa oleh para kiai, sampai membongkar rebutan gunungan ketupat ,semoga di lebaran ketupat tahun depan saya bisa hadir lagi “pungkas nya
(Jurnalis Sholihin)