Tradisi Adat Ngitung Batih Kecamatan Dongko.Jadi Magnit Menggali Budaya Lokal Juga Pemersatu Antar Masyarakat Dongko

banner 468x60

TRENGGALEK (JATIM) KOMPAS86. Com

Tradisi di wilayah Kecamatan Dongko lKabupaten Trenggalek pada 1 Suro diadakan Upacara adat Ngitung Batih. Sama seperti di wilayah Kecamatan lain

Upacara adat semacan ini masih tetap lestari sampai saat ini,Berdasarkan Liputan Khusus dari Media Kompas 86 Biro Trenggalek, kegiatan yang berlangsung pada Rabu (19/07/2023) tersebut sangat padat sekali masyarakat antusias untuk menyaksikan dari dekat,

Ada arak arakan Takir Plontang. Pengunjung tidak saia dari warga dongko saja melainkan banyak pengunjung yang hadir dari luar wilayah kecamatan Dongko,

Mulai dari anak-anak hingga orang tua nampak tumpah ruah berdiri sepanjang jalan yg dilalui iring iringan pawai kirab budaya Ngitujg Batih tersebut .

Bahkan, sebelum acara dimulai, sekitar Pukul (
13.30) WIB warga sudah memenuhi bahu jalan
Saat Awak Media  KOMPAS 86 berbincang dengan salah satu Kepala Desa di Kecamatan Dongko “Suyanto Kades Sumberbening beliau menuturkan “Ngitung Batih adalah agenda tahunan, sebenarnya untuk tahun ini terasa sangat istimewa karena acaranya pas mendekati HUT RiJadi ini sekalian pemanasan untuk peesiapan Agustusan bulan Depan,” Gurau Kades Sumberbening.

Masih menurut Suyanto , yang membuat Ngitung Batih di Kecamatan Dongko ini unik adalah adanya Takir Plontang. Yakni sebuah nasi yang diwadahi daun pisang berbentuk segi empat, dengan diikat janur di keempat sudutnya.

Sebenarnya Ngitung Batih ini jadi ciri khas Kecamatan Dongko mungkin kalo di Ponorogo ini dinamakan Grebeg Suro, kalau di Dongko suronan, satu muharam dengan tradisi Ngitung Batih artinya mengembangkan adat tradisi dan menjaga adat tradisi Kecamatan Dongko, ” Sambung Suyanto

Di tempat yang sama Kepala Desa Dongko Marni,,Sebagai Desa Yang kebetulan juga menjadi mama Kecamatan,kami selaku Pemdes Dongko mengucap terimakasih kepada seluruh partisipan kegiatan tradisi ngitung batih ini juga seharusnya tradisi yang perlu dilestarikan.

Selain sebagai perayaan, Tradisi Ngitung Batihi ini juga merupakan jati diri dan penghubung akar sejarah. Sekaligus sarana masyarakat untuk bisa merasa handarbeni wilayah Dongko.Karena ini yang harus dilestarikan dan diuri-uri [dirawat].

Masyarakat pun juga bisa guyub rukun dengan adanya suatu acara seperti ini. Siapa lagi kalau bukan kita seluruh elemen warga Dongko yang mengembangkan dan melestarikan,” pumgkas Marni Kades Dongko

(Sholihin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan