Kutai Kartanegara (Kalimantan Timur)-Kompas86.com
Ahmad Akbar Haka Saputra, Anggota Komisi IV DPRD Kukar, merespon terhadap kasus yang tengah mencuat di masyarakat, dugaan pencabulan yang dilakukan salah satu oknum ustad pondok pesantren di Tenggarong Seberang.
Ia mengatakan dalam waktu dekat bakal melakukan Rapat Dengan Pendapat (RDP) bersama OPD terkait, untuk membahas penanganan kasus dan penindakan tegas.
Akbar juga mengatakan bahwa ia bersama Wakil Bupati Kukar H. Rendi Solihin telah melakukan kunjungan ke Mall Pelayanan Perlindungan Perempuan dan Anak, untuk memastikan bahwa penanganan terhadap para korban pencabulan ini.
“Akhirnya kita bersepakat akan menggelar RDP secepatnya dengan OPD terkait. Setelah kunjungan ini saya akan lapor ke Ketua DPRD dan ketua Komisi IV, artinya ketika stakeholder dikumpulkan akan segera ada keputusan apakah setelah RDP, apakah pesantren itu ditutup untuk memberikan peringatan kepada lembaga lembaga serupa apalagi yang berbasis asrama memang khawatirkan kita dari hasil yang kita dengar,”ujar Akbar kepada awak media.
Lebih lanjut Ia mengungkapkan bahwa ada kelalaian dengan sistem pendidikan terutama pengawas kepada tempat pendidikan yang berbasis sistem asrama (pondok pesantren), yang anak didik nginap disana.
Ia juga mengkhawatirkan jika kasus ini tidak diambil keputusan cepat dalam RDP, Kasus ini yang sudah terjadi di 2021 akhirnya pelaku yang sama berbuat pencabulan yang sama dan korban bertambah banyak di tahun 2025.
“Harapan kita tegas kali ini dan memberikan peringatan untuk ponpes ponpes lainnya. Untuk sekolah lain boarding school sistem pengawasannya kita perketat. Memang kita harapkan tidak ada lagi kasus serupa terjadi di Kabupaten Kutai Kartanegara,” ujarnya.
Terkait penanganan kasus ini juga ada saran dari kawan TRC PPA Kaltim agar dibentuk satgas sampai di tingkat RT untuk pengawasan, karena dikhawatirkan ketika dibiarkan akan menimbulkan efek baru lagi. Mengingat rata-rata kasus yang tadi ternyata pelaku dulunya merupakan korban pencabulan dan ini terus bertambah.
“Sehingga pengawasannya mesti ekstras, cuma tadi kita dengarkan keluhan adanya kekurangan tenaga psikolog di Kutai Kartanegara, pendamping dan kita menyadari hal-hal itu akan menjadi trauma psikologi bagi para korban efek panjang. Dan kami ketemu adek adek para korban kami memberikan semangat dan memastikan kami hadir membersamai korba,” ungkapnya.
Jurnalis BK. Gea