Tokoh Perempuan Nabire menyuarakan aspirasi masyarakat Saat Kampanye Akbar Paslon No Urut 1 Martinus Adii-Agus Suprayitno

banner 468x60

Nabire Papua – KOMPAS86.COM, Dalam kampanye akbar pasangan calon Bupati Nabire nomor urut 1, Martinus Adii-Agus Suprayitno, hadir pula kader dan tokoh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang mewakili suara perempuan Papua. Dalam orasinya, tokoh ini dengan penuh keprihatinan mengangkat isu serius terkait lonjakan angka pengidap HIV/AIDS di Nabire, yang kini menempati posisi pertama di Papua.

Poin utama orasi kader KPAI:

1. Lonjakan HIV/AIDS
Data yang dimiliki menunjukkan bahwa angka pengidap HIV/AIDS di Nabire terus meningkat secara signifikan. Ini menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan masyarakat Papua, khususnya Orang Asli Papua (OAP), jika tidak segera ditangani. “Apakah kita harus bangga dengan posisi ini, atau kita harus melakukan perubahan besar?” tanyanya retoris.

2. Penyebab utama
Tokoh ini menyoroti dua faktor besar yang menjadi akar masalah:
Penjualan miras yang tidak terkendali: Miras yang beredar luas memicu berbagai perilaku destruktif, termasuk seks bebas.
Seks bebas: Akibat dampak buruk dari lingkungan yang kurang terkendali, fenomena ini semakin memperparah penyebaran HIV/AIDS.
3. Dampak bagi masyarakat Papua
Jika masalah ini terus diabaikan, generasi Papua, khususnya OAP, akan terancam punah karena efek domino dari miras dan seks bebas. Hal ini membutuhkan perhatian serius dari pemerintah daerah, yang selama ini dinilai belum maksimal dalam mengatasi masalah ini.

Harapan perubahan dengan pasangan nomor urut 1
Tokoh KPAI menyatakan bahwa perubahan nyata ada di tangan pasangan Martinus Adii-Agus Suprayitno. Pasangan ini memiliki visi-misi yang tegas untuk mengatasi masalah mendesak ini dengan:

Memperketat regulasi penjualan miras.

Melakukan edukasi dan pencegahan secara masif untuk menekan penyebaran HIV/AIDS.

Memberikan perhatian khusus kepada kesehatan masyarakat, termasuk upaya rehabilitasi sosial bagi para korban.

Angka penderita HIV/AIDS di Nabire yang mencapai sekitar 10.000 orang memang menjadi realitas yang sangat mengkhawatirkan dan mencerminkan tantangan besar yang harus segera diatasi. Pernyataan ini menjadi sorotan dalam orasi kampanye pasangan nomor urut 1, Martinus Adii-Agus Suprayitno, ketika kader dan tokoh KPAI menyampaikan kritik pedas terhadap kondisi ini.

Kritik terhadap kepemimpinan saat ini:
Tokoh tersebut mempertanyakan slogan “Nabire Hebat” yang selama ini diusung oleh pemimpin daerah, dengan mengungkap fakta memilukan tentang tingginya angka penderita HIV/AIDS. Ia menyoroti bahwa:

Angka 10.000 penderita HIV/AIDS bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan, melainkan sebuah peringatan keras bahwa masyarakat sedang berada di ambang krisis.

Pemerintah daerah dianggap lalai dalam mengendalikan faktor-faktor penyebab utama, seperti peredaran miras dan perilaku seks bebas, yang telah menjadi pemicu utama lonjakan angka ini.

Tidak adanya kebijakan yang signifikan dan tepat sasaran dalam pencegahan serta penanganan HIV/AIDS menunjukkan kurangnya perhatian pada isu kesehatan masyarakat yang fundamental.

Tantangan ke depan:
Dengan angka yang begitu besar, Nabire menghadapi ancaman serius terhadap kualitas hidup masyarakat, khususnya generasi muda dan Orang Asli Papua (OAP). Tanpa upaya perubahan yang konkret, dampaknya bisa menjadi semakin buruk, dengan:

Peningkatan angka kematian akibat AIDS. dan Penurunan kualitas SDM akibat kesehatan yang terganggu.

Rusaknya tatanan sosial karena permasalahan ini saling berkaitan dengan kemiskinan dan kurangnya akses pendidikan.

Solusi melalui pasangan Martinus Adii-Agus Suprayitno:
Dalam kampanye ini, pasangan nomor urut 1 menegaskan bahwa mereka memiliki visi-misi yang jelas untuk menangani permasalahan ini, antara lain:

1. Pengendalian ketat peredaran miras melalui regulasi dan penegakan hukum yang tegas.

2. Edukasi masyarakat secara menyeluruh tentang HIV/AIDS, dengan melibatkan tokoh agama, adat, dan perempuan.

3. Peningkatan fasilitas kesehatan untuk memberikan akses pengobatan dan layanan konseling bagi penderita HIV/AIDS.

4. Pemberdayaan generasi muda dan perempuan agar memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
Seruan perubahan:
Tokoh KPAI dengan tegas menyampaikan, “Apakah kita harus bangga dengan angka ini, atau kita perlu berubah? Perubahan ada di tangan kita, dan pasangan ini adalah harapan untuk Nabire yang lebih baik.” Dukungan yang kuat dari masyarakat diperlukan untuk memastikan Nabire benar-benar bangkit dari krisis ini.

 

( Dn-vp)

Print Friendly, PDF & Email

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *