Rokok Ilegal dan Bayang-Bayang Penguasa, GASI Ingatkan Demokrasi Terancam

banner 468x60

Pamekasan kompas86.com – Seorang pedagang rokok di Pamekasan awalnya berbicara lantang saat didatangi petugas cukai, ia menyebut nama dua tokoh berpengaruh, Haji (H) dan Haji (S) Namun, keberanian itu tak bertahan lama, beberapa hari kemudian, sebuah surat klarifikasi dibuat, sinya, penarikan ucapan dengan alasan panik dan takut.

Fenomena itu memantik sorotan tajam dari Gabungan Aktivis Sosial Indonesia (GASI). Menurut organisasi ini, peristiwa tersebut bukan sekadar perubahan sikap seorang pedagang, melainkan cermin nyata kuatnya bayang-bayang kekuasaan di tengah masyarakat kecil.

“Ketika nama tokoh besar disebut, keberanian rakyat kecil langsung padam, klarifikasi ini bukan hanya soal ucapan yang ditarik, tapi tentang rasa takut yang lahir karena ketidaksetaraan sosial,” ujar Koordinator GASI, Jumat (10/10)

Madura dikenal sebagai salah satu wilayah dengan peredaran rokok ilegal yang tinggi, direktorat Jenderal Bea Cukai berulang kali melakukan razia, bahkan menggandeng aparat daerah untuk menekan peredarannya.

Namun, di lapangan, penindakan kerap terbentur faktor sosial dan politik, banyak pedagang kecil merasa hanya menjadi sasaran, sementara jaringan yang lebih besar justru sulit disentuh, dalam situasi inilah, muncul ketakutan berlebih ketika nama tokoh berpengaruh ikut terseret.

Menurut GASI, kasus ini menegaskan bahwa suara rakyat kecil belum sepenuhnya merdeka, klarifikasi yang dibuat pedagang rokok justru memperlihatkan tekanan psikologis yang dialami masyarakat saat bersinggungan dengan penguasa atau pemodal lokal.

“Kalau rakyat kecil sudah tidak berani bicara apa adanya, siapa lagi yang bisa mengungkap kebenaran? Situasi ini jelas merugikan masyarakat luas dan melemahkan penegakan hukum,” tambah Koordinator GASI ini.

GASI menekankan bahwa demokrasi akan lumpuh bila keberanian masyarakat terus padam karena bayang-bayang kekuasaan, negara diminta hadir memberikan perlindungan agar masyarakat tidak selalu dipaksa tunduk, apalagi sampai mengorbankan kebenaran demi keselamatan diri.

Bagi GASI, kasus klarifikasi pedagang rokok ini bukan hanya cerita tentang ucapan yang ditarik kembali, melainkan gambaran jelas ketidaksetaraan sosial di daerah. “Rakyat kecil butuh keberanian, tapi keberanian itu hanya mungkin lahir bila negara menjamin perlindungan, jika tidak, suara mereka akan selalu terbungkam,” pungkasnya.

Pos terkait