Bangka Belitung, Kompas86.com
Jakarta,- Mayjen TNI (Purn) Dr. Saurip Kadi, selaku Ketua GeMOI (Gerakan Memuliakan Orang Indonesia) menjelaskan bahwa GeMOI didirikan atas Prakarsa dan keterpanggilan sejumlah teman lulusan AKABRI 1973 untuk memback-up teman seangkatan Prabowo Subiyanto selaku Presiden terpilih.
“Pada tahap awal, sudah pasti untuk memberi masukan terlebih dalam penyusunan Kabinet dan Program Kerja yang perlu diprioritaskan sebagaimana janji politiknya dalam Pilpres yang lalu,” ujar Saurip Kadi, saat memberikan keterangan kepada awak media, Jumat (21/9/24).
Sedangkan kedepan dalam dinamika pengelolaan negara, GeMOI sebagai Gerakan Non Partisan akan merajut kemitraan dengan sebanyak mungkin kaum terdidik, tokoh masyarakat, LSM dan Ormas, serta siapapun yang peduli untuk mewujudkan Indonesia Emas pada 2045, dengan mengawal pelaksanaan program Pemerintah.
Sementara itu dalam menjawab pertanyaan sejauh mana dirinya mengenal Prabowo, Saurip Kadi menjelaskan bahwa Prabowo Subiyanto yang dia kenal, niscaya akan “NOTHING TO LOSE” dengan kedudukannya sebagai presiden, dia bukan penyembah berhala dalam arti pangkat, jabatan dan materi dan pujian apalagi “jilatan”.
“Dia, sudah selesai dengan dirinya sendiri, dan mustahil “phoby miskin” dan apalagi “post power symdrome”. Sejak kecil sudah hidup enak, terlahir dari keluarga kaya dan juga pembesar. Setelah dewasa sebagai perwira menjadi menantu Presiden dan tuanya penuh berkah dengan harta berlebih, kenikmatan apalagi yang belum dia rasakan.,” ujar Saurip.
Lanjut Saurip, yakinlah hanya satu yang akan dia wujudkan dalam kedudukan sebagai presiden yaitu membuat LEGACY mulia agar dikenang anak cucu dan generasi penerus, dimana dirinya telah berhasil menyembuhkan secara total dari banyak luka lama yang bernanah pada tubuh NKRI yang belum semua sempat tertangani oleh Presiden Jokowi dengan tuntas. Dan yang pasti, Prabowo mustahil akan berkhianat kepada siapapun tak juga kepada rakyat yang memilihnya,” imbuhnya.
Ketika didesak apa yang dimaksud dengan “mustahil Prabowo akan berkhianat kepada siapapun” padahal dimasa lalunya Prabowo Subiyanto pernah dicopot dari jabatannya dan juga dipensiunkan dini dari dinas militer, Saurip Kadi terlebih dahulu mengajak bangsa ini untuk menilai kasus tersebut dengan ukuran yang berlaku saat itu.
“Memang betul Prabowo terlambat melakukan “switching of mind set” terhadap makna kedaulatan rakyat dan kemanusiaan,” katanya.
Saurip pun, memaparkan, apa yang dia kerjakan sesuai dengan norma kehidupan TNI saat itu. Disanalah maka Prabowo hanya diperiksa dalam Sidang DEWAN KEHORMATAN PERWIRA. Dan resiko sebagai Perwira Tinggi serta resiko sebagai menantu Presiden Suharto juga sudah di “bayar lunas”.
“Dari kasus tersebut, dia juga belajar banyak dari pengalaman pahit masa lalunya, dan ini sangat berguna dalam memimpin bangsa dan negara kedepan. Begitu juga dalam berpolitik dia sangat menjunjung tinggi etika, tokoh mana yang pernah dia pecundangi,” tegasnya.
Sebaliknya Prabowo tidak pernah menempatkan rival dalam berpolitik sebagai lawan apalagi musuh, layaknya dalam perang. “Karenanya mari kita bersabar, janganlah mengandai-andai dulu, lihat saja nanti dalam penyusunan kabinet, niscaya yang dibentuk adalah Kabinet Zaken atau Kabinet Ahli. Percayalah Prabowo Subiyanto sebagai Presiden Terpilih masih ingat dan tahu persis dirinya dipilih langsung oleh rakyat,” jelasnya.
Artinya sumber legitimasi yang membuat dirinya jadi presiden adalah dari rakyat. Dia tahu persis memang UUD dan UU tidak melarang untuk membikin Kabinet Koalisi, tapi kabinet Partai dan atau Kabinet Koalisi adalah norma baku dalam sistem parlementer, karena legitimasi Perdana Menteri datangnya dari Parlemen (DPR).
Prabowo yang saya kenal pasti menjungjung tinggi etika dan niscaya PD (Percaya Diri) nya tinggi, tegasnya. Saurip Kadi juga menjelaskan niscaya Prabowo Subiyanto tidak akan takut dijegal oleh DPR dalam menjalankan program yang telah dijanjikan dalam Pilpres yang lalu. Karena program itu pula yang membuat dirinya terpilih dengan suara mayoritas yang signifikan.
Dan ketika ditanya tentang kelemahan Presiden Terpilih Prabowo Subiyanto, Saurip Kadi menjelaskan bahwa kelemahannya berimpit dengan kelebihan dan berkah yang terlimpah pada dirinya yang tidak tahu bagaimana pedih perut karena lapar kecuali dalam Latihan Hutan Gunung.
“So pasti dia agak berat mamahami kesulitan dilapangan akibat besarnya kendala realitas yang dihadapi bangsa seperti praktek Oligarki dan bobroknya moral sebagian besar elit negeri ini. Kelemahan yang demikian itulah yang membuat dulu dia larut terhadap masukan dari orang-orang dekat “Pembisik” nya,” ujar Saurip.
Saurip berpendapat bahwa kelemahan tersebut untuk jabatan setingkat presiden otomatis akan tereliminasi karena banyaknya pembantu yang akan memberi masukan. Dari pengalaman masa lalunya, niscaya Prabowo akan memilih para menteri dan staf yang benar-benar ahli, baik dari kalangan praktisi maupun praktisi yang ahli sehingga paham realitas kekuasaan dalam rangka menyongsong zaman dan tahu bahwa banyak sekali warisan kolonial yang sudah tidak relevan lagi,” jelasnya.
Saurip Kadi juga optimis untuk jangka pendek sebagai Presiden Prabowo akan terbitkan PERPPU Pembuktian Terbalik. Sementara untuk jangka menengah dari 5 tahun masa jabatannya hampir pasti Prabowo sebagai tokoh yang kecilnya bersama orang tuanya dan pada umurnya menjelang 50 tahun yaitu saat masa transisi demokrasi, dirinya sempat termaginalkan dan bahkan terhinakan oleh sistem kekuasaan, niscaya akan melaksanakan Progam Rekonsiliasi Nasional, agar bangsa ini segera mengakhiri dendam masa lalu.
“Sedang untuk jangka panjang sebelum mengakhiri jabatannya, sebagai negarawan sejati niscaya Prabowo akan membuat Rancangan UUD yang ber DNA Pancasila yang memang belum pernah dilakukan “Founding Fathres” maupun Para Presiden sebelumnya,”
Diharapkan kedepannya, Rancangan UUD termasuk juga yang sistemik dan konstitutif dimana “tool” yang dijadikan amanat dalam Bab dan Pasal-Pasal validitas kebenarannya bisa dibuktikan baik secara teori maupun dalam praktek oleh negara lain sekalipun, untuk kelak disumbangkan kepada segenap anak bangsa buat dijadikan kontrak sosial dalam Pemilu 2029 mendatang.
“Yakinlah bahwa Prabowo dengan view globalnya tahu persis bahwa untuk menjadi negara maju, tidak cukup dengan dukungan Infra Struktur Ekonomi dan Kwalitas Sumber Daya Manusia yang memadai, tapi juga sistem kenegaraannya harus ditata-ulang agar NKRI segera bisa mewujud menjadi wadah dan alat bersama secara setara bagi segenap anak bangsa, tanpa kecuali,” pungkasnya. (Gus-Weda/KBO Babel/ MB)