Indramayu kompas86. Com
Derita mendalam kini menyelimuti keluarga kecil Dasli, warga Blok Jangga Tua RT 01/03, Desa Jumbleng, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Pria paruh baya yang selama ini menggantungkan hidup dari hasil jual beli barang rongsokan itu kini tak berdaya, terbaring di ruang perawatan intensif RSUD Indramayu setelah divonis menderita tumor otak.
Sejak kepergian istrinya akibat COVID-19, Dasli menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga. Ia membesarkan anak semata wayangnya seorang diri, sambil merawat sang ibu, Tarmi (70), yang juga dalam kondisi lemah dan menjalani pengobatan jalan. Kini, keduanya harus menghadapi kenyataan pahit: Dasli belum sadarkan diri pascaoperasi kepala yang dilakukan secara darurat.
“Awalnya cuma pusing biasa. Kami nggak menyangka, ternyata setelah diperiksa malah tumor otak,” ujar Darim, kakak kandung Dasli, dengan suara terbata. Menurutnya, gejala yang muncul sangat tiba-tiba dan memburuk dalam waktu singkat, memaksa tim medis mengambil langkah cepat untuk menyelamatkan nyawa Dasli.
Seluruh biaya pengobatan medis memang ditanggung BPJS Kesehatan. Namun, kebutuhan sehari-hari serta biaya tambahan seperti transportasi dan perawatan nonmedis menjadi beban yang tak ringan. Dalam kondisi ekonomi yang serba terbatas, keluarga ini nyaris tak punya pilihan.
Di tengah situasi tersebut, uluran tangan datang dari berbagai pihak. Abdul Kholik, Koordinator Relawan Revolusi Korcam Losarang bersama TKSK Losarang dan Camat Losarang, Boy Billy Prima, S.STP, bergerak cepat. Mereka turun langsung ke RSUD Indramayu, membuka jalur bantuan dari BAZNAS dan mengajak masyarakat ikut berdonasi.
“Ini bukan soal bantuan biasa. Ini tentang kemanusiaan. Tentang seorang ayah yang tengah berjuang melawan sakit, dan keluarganya yang membutuhkan kita semua,” ujar Abdul Kholik saat ditemui di rumah sakit.
Senada dengan itu, Camat Losarang mengajak warga untuk bahu-membahu membantu meringankan beban keluarga Dasli. “Kami berharap masyarakat, baik dari Losarang maupun luar daerah, bisa ikut membantu. Dukungan kita bisa jadi semangat besar bagi mereka,” ucapnya penuh empati.
Bagi keluarga, harapan utama hanyalah kesembuhan Dasli. “Saya cuma ingin adik saya sadar dan bisa kembali pulang. Bisa merawat anaknya dan menemani ibu kami yang sudah tua,” lirih Darim, menahan haru.
Kisah Dasli adalah potret kerasnya hidup kaum kecil yang berjuang di tengah keterbatasan. Dalam pusaran duka dan ketidakpastian, solidaritas sosial menjadi cahaya harapan yang menyinari langkah mereka menuju pemulihan.senen 9/6/25
(Saodah)