Oleh : Yasinul Ikhsan, Guru Mata Pelajaran, PAI, SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, UIN Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi,
KOMPAS86.com – Saat ini indonesia sedang menggunakan sebuah kurikulum baru yang bernama Kurikulum Merdeka, hal ini menuntut semua lembaga pendidikan untuk mempersiapkan diri dalam penggunaan kurikulum tersebut, termasuk di SMP Islam Al – Ishlah Bukittinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk:
1) mengetahui konsep kurikulum merdeka pada tingkat sekolah menengah pertama;
2) mengetahui kesiapan guru pendidikan agama Islam dalam penggunaan kurikulum merdeka di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi
3) mengetahui faktor pendukung dan penghambat guru pendidikan agama Islam dalam penggunaan kurikulum
merdeka di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dimana jenis penelitiannya bersifat deskriptif, Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Kemudian sumber data di peroleh dari sumber data primer dan data sekunder.
1 Nurfitriani, Oriza, Noor Aziz, and M. Yusuf Amin Nugroho. “KESIAPAN GURU PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM MENGHADAPI KURIKULUM MERDEKA DI MTS AL ISHLAH PAGARUYUNG
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1) konsep kurikulum merdeka pada tingkat satuan pendidikan SMP/MTS berdebada dengan tingkat satuan lainnya.
2) kesiapan guru pendidikan
agama Islam dalam penggunaan kurikulum merdeka di SMP Islam Al-Ishlah Bukitinggi Sudah dimulai dengan sosialisasi awal, modifikasi RPP dengan penambahan Profil Pelajar Pancasila,
penganggaran biaya sekolah, pengadaan laboratorium komputer, serta peningkatan SDM.
3) Faktor pendukung guru PAI dalam penggunaan kurikulum merdeka di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi: adanya bimbingan dari pengawas sekolah, guru sudah bisa menggunakan media
digital dan mengajar sesuai keahlian, adanya laboratorium komputer.
Adapun faktor penghambat guru PAI penggunaan kurikulum merdeka di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi: sosialisasi kurang, media digital belum memadai, peningkatan kualitas guru PAI masih terhambat, infrastruktur
sekolah rendah.
A.Pendahuluan
Untuk menacapai tujuan pendidikan yang di inginkan, maka tentunya harus ada upayaupaya yang dilakukan, terutama dalam sistem pendidikannya.
Sistem pendidikan memuat berbagai aspek pendidikan salah satunya adalah perencanaan pendidikan atau yang biasa
disebut sebagai Kurikulum Pendidikan.
Perencanaan pendidikan sangat penting, karena akan menjadi acuan berlangsungnya proses belajar mengajar di setiap sekolah.
Tanpa adanya perencanaan maka pasti akan banyak masalah pendidikan yang tertunda penanganannya, hal ini akan menambah besarnya permasalahan pada tahun-tahun berikutnya.
Jika melihat keberhasilan pendidikan di negaranegara maju, sebenarnya hal itu tidak lain disebabkan oleh penerapan perencanaan pendidikan
yang lengkap dan tepat.
Dengan kata lain, perencanaan pendidikan selalu berkaitan erat
dengan berbagao tuntutan perkembangan kehidupan masyarakat atau bersifat dinamis baik
dalam masalah sosial maupun ekonomi. Perencanaan pendidikan harus selalu menyesuaikan keadaan berdasarkan letak geografis dan perkembangan zaman.
Indonesia pernah menggunakan beberapa kurikulum pendidikan yang terus
dikembangkan, dan mulai tahun 2000 Indonesia memberlakukan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), lalu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), dan kurikulum 2013
(K-13).
Kurikulum terakhir yaitu K-13 terus dievaluasi dan dikembangkan sehingga pada tahun 2020 pemerintah melalui kementrian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai inovasi dan juga perkembangan dari kurikulum
sebelumnya.
Kurikulum merdeka adalah kurikulum yang memberikan kepercayaan secara penuh dalam proses pembelajaran kepada guru dan siswa. Guru diberikan kebebasan untuk memilih dan mengembangkan materi pembelajaran sesuai kebutuhan dikalangan kelas, begitupun
dengan siswa, mereka diberikan kebebasan da ruang untuk lebih aktif mengungkapkan pendapat dan mengembangkan potensi masing-masing.
Hal ini disebut sebagai merdeka
mengajar dan merdeka belajar.
Pada Kurikulum merdeka, pembelajaran intrakurikuler lebih beragam. Selain itu karena kurikulum ini berbasis teknologi, maka setiap sekolahan dan setiap kelas dituntut untuk
memiliki media pembelajaran yang memadai, terutama media elektronik digital.
Tentunya guru juga harus menguasai media digital tersebut. Guru juga dituntut untuk bisa lebih kreatif karena materi pengajaran harus dibuat langsung oleh guru, bukan dari pemerintah seperti yang
ada pada K-13. Begitu juga dengan guru pendidikan agama Islam.
Guru khususnya guru PAI
harus melakukan persiapan yang maksimal dalam menghadapi kurikulum merdeka agar lebih mudah beradaptasi dengan perubahan kurikulum tersebut.
Guru PAI dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan kurikulum ini. Seperti yang kita ketahui, materi pembelajaran PAI lebih dominan kepada teori dibandingkan dengan praktik,
hal ini berbeda dengan konsep kurikulum merdeka yang mengharuskan pembelajaran secara aktif, yaitu teori yang dikembangkan oleh siswa itu sendiri, baik itu dengan metode diskusi,
pemecahan masalah, dan lain sebagainya yang lebih bersifat praktik.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan beberapa tujuan penelitian, tujuan tersebut adalah:
1. Untuk mengetahui konsep kurikulum merdeka pada tingkat sekolah menengah
pertama.
2. Untuk mengetahui kesiapan guru pendidikan agama Islam dalam penggunaan kurikulum merdeka di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat guru pendidikan agama Islam dalam penggunaan kurikulum merdeka di SMP Islam Al-Ishalah Bukittinggi.
Kesiapan merupakan kemampuan yang cukup baik fisik maupun mental. Guru PAI
adalah orang dewasa yang terlatih secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan memimpin peserta didik untuk mengenal, memahami, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Alquran dan alhadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.
Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler beragam yang lebih optimal agar peserta didik mampu memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi diri. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta
didik.
Begitu pula dengan peserta didik, mereka bebas mengekspresikan apa saja yang ada dalam pikiran mereka dan mereka juga diberikan keleluasaan untuk mengembangkan potensi masing-masing tentunya di bawah bimbingan guru.
Kurikulum merdeka di satuan pendidikan SMP sedikit berbeda dengan tingkat satuan pendidikan lainnya, pada tingkat SMP mata pelajaran informatika menjadi mata pelajaran wajib, sedangkan mata pelajaran prakarya menjadi salah satu pilihan bersama mata pelajaran
seni (seni musik, seni tari, seni rupa, seni teater). Selain itu perbedaan juga terletak pada aspek dan komponen yang terdapat dalam kurikulum merdeka tingkat SMP, yaitu:
1) bentuk aktivitas pembelajaran
2) alokasi jam pelajaran
3) pengadilan project penguatan profil belajar Pancasila
4) muatan lokal
5) pelajaran informatika
6) kriteria ketentuan hasil belajar.
Secara teoretis, manfaat penelitian ini adalah
1) dapat memberi masukan dan informasi
data yang diuraikan penulis dari berbagai sumber guna menjadi bahan pertimbangan secara teoritis dalam memahami konsep kurikulum merdeka
2) dapat memberikan kontribusi berupa
data-data empiris guna tercapainya tujuan pembelajaran dan memajukan pendidikan di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan judul penelitian
3) menambah pengetahuan
tentang persiapan-persiapan dalam penggunaan kurikulum merdeka
4) dapat menambah pengetahuan tentang kurikulum merdeka, supaya dapat diaplikasikan para pendidik dalam
dunia pendidikan
5) hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman maupun
referensi untuk penelitian binatang yang lebih mendalam
B. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan objek penelitian kesiapan guru PAI SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi dalam penggunaan kurikulum merdeka yang peneliti amati secara langsung di lapangan.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, data-data yang disajikan berupa data huruf / kata /
kalimat bukan data-data angka.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Analisis Tentang Konsep Kurikulum MerdekaPada Tingkat Sekolah Menengah
Pertama Kurikulum merdeka tingkat menengah pertama ada beberapa perbedaan dengan tingkat satuan pendidikan lainnya.
Pada kurikulum merdeka satuan tingkat pendidikan SMP, mata pelajaran informatika menjadi mata pelajaran wajib, sedangkan mata pelajaran prakarya menjadi salah satu pilihan bersama mata pelajaran seni (seni musik, seni tari, seni rupa, seni teater).
Mata pelajaran informatika berisi berbagai kompetensi
untuk menunjang keterampilan berpikir kritis dan sistematis guna menyelesaikan
beragam permasalahan umum.
Kegiatan intrakurikulernya pun lebih beragam dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Bentuk aktivitas pembelajaran, alokasi jam pelajaran, menghadirkan project penguatan profil pelajar Pancasila, mata pelajaran
muatan lokal, mata pelajaran informatika dan penerapan kriteria ketuntasan hasil belajar masih sangat berbeda dengan kurikulum 2013.
SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi masih menggunakan kurikulum 2013 yang
sedikit dimodifikasi dengan profil pelajar Pancasila dan pelajaran rahmatan lil `alamin.
Maksudnya, pada Modul yang digunakan oleh guru dalam tujuan pembelajaran ditambah pendidikan karakter yang mengacu pada penggunaan profil pelajar Pancasila.
Penguatan profil pelajaran Pancasila di sekolah ini memang baru sebatas penambahan di tujuan pembelajaran pada Modul guru, tidak seperti kurikulum mereka yang dilaksanakan dengan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning).
Hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa project penguatan profil pelajar Pancasila ini harus dilaksanakan dengan cara menggali isu aktual dan nyata pada lingkungan sekitar.
Sehingga peserta didik diajak untuk berpikir kritis dan kritis mengenai bagaimana cara memecahkan masalah dan menemukan solusi.
Jadi memang sangat berbeda dengan
pembelajaran di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi. Kegiatan intrakurikuler di sekolah ini juga belum begitu beragam seperti kurikulum merdeka.
Pembelajaran PAI di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi dipecahkan menjadi 5 mata
pelajaran yaitu Alquran hadis, fiqih, bahasa Arab, aqidah akhlak dan SKI. Kemudian ekstrakurikuler di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi adalah Marching Band, Pramuka dan PMR.
Kriteria ketuntasan hasil belajar di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi masih
menggunakan KKM sesuai dengan kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum 2013.
2. Analisis Tentang Kesiapan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penggunaan Kurikulum Merdeka Di SMP Islam Al-Ishalah Bukittinggi Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana peserta didik memiliki cukup waktu yang banyak untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik, Begitu pula dengan peserta didik, mereka bebas mengekspresikan apa saja yang ada dalam pikiran mereka, selain itu mereka diberikan keleluasaan untuk mengembangkan potensi masing-masing tentunya di bawah bimbingan guru, konsep inilah yang kita sebut sebagai
“merdeka belajar”.
Merdeka belajar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara
mandiri, santai dan terhindar dan tekanan dengan tetap memperhatikan bakat alami yang ada pada diri mereka.
Mereka tidak dipaksa untuk menguasai suatu pelajaran di luar kemampuan
mereka. Memaksakan Mereka belajar di luar kemampuannya bertentangan dengan konsep merdeka belajar.
Konsep mereka belajar didasari oleh teori belajar secara konstruktivusme.
Mereka juga dituntut untuk lebih mengembangkan keterampilan mereka dalam pembelajaran.
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu termasuk kreativitas.
Kurikulum merdeka didukung oleh platform merdeka mengajar yang membentuk guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman untuk menerapkan kurikulum
merdeka.
Platform ini membantu guru untuk mengajar, belajar, dan berkarya. Sekolah atau guru dikatakan siap menjalankan kurikulum merdeka jika ada perbaikan infrastruktur dan teknologi pendidikan di sekolah, infrastruktur kelas sudah baik dan memadai, platform pendidikan nasional berbasis teknologi (merdeka mengajar) sudah mulai digalakkan,
penganggaran untuk pendidikan sudah tertata, peningkatan guru dalam hal kualitas maupun kuantitas, adanya pengadaan barang serta ruang kelas juga alokasi dana BOS untuk mendukung pelaksanaan kurikulum merdeka belajar, guru bisa menggunakan media digital,
guru cakap dalam berinteraksi dengan siswa dan guru menguasai materi sesuai bidang keahliannya.
Setelah penulis mengumpulkan data di lapangan, lalu penulis mereduksi data-data dan disajikan pada deskripsi data, maka ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1. Sosialisai tentang kurikulum merdeka di SMP Al-Ishlah Bukittinggi baru
diadakan satu kali oleh pengawas sekolah, Guru PAI di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi belum seluruhnya menerapkan kurikulum merdeka. Sosialisasi tentang kurikulum merdeka Baru dilaksanakan satu kali, oleh pengawas sekolah.
2. Perbaikan infrastruktur dan teknologi pendidikan di SMP Islam Al-Ishlah
Bukittinggi terus dilakukan, namun masih terdapat hambatan. Perbaikan infrastruktur SMP Al-Ishalah Bukittinggi sudah terus dijalankan, mulai dari perbaikan dan pengadaan sarana prasarana, penanaman nilai-nilai
karakter baik kepada siswa dan peningkatan SDM di sekolah.
Namun upaya tersebut bukan berarti tidak ada hambatan. Misalnya pada perawatan sarana prasarana, SDM siswa-siswi belum cukup memahami dan perlu lebih banyak
bimbingan.
Masih banyak meja maupun kursi di kelas yang penuh dengan
coretan-coretan siswa. Selain itu sarana dan prasarana di SMP Islam Al-Ishlah
Bukittinggi belum begitu mendukung untuk pelaksanaan kurikulum merdeka.
Masih ada sarana prasarana yang rusak, dan kadang-kadang siswa siswi kurang
bisa menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Khusus penerapan kurikulum
merdeka di satuan pendidikan SMP, mata pelajaran informatika menjadi mata
pelajaran wajib.
SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi sudah mempunyai laboratorium komputer untuk mendukung pembelajaran informatika. Ini salah satu upaya peningkatan infrastruktur sekolah.
Untuk mata pelajaran prakarya menjadi salah satu pilihan bersama mata pelajaran seni (seni musik, seni tari, seni rupa).
3. Infrastruktur kelas belum memadai untuk pelaksanaan kurikulum merdeka.
Kondisi ruang kelas di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi masih ada beberapa yang mengalami kerusakan. Setiap kelas belum memiliki media-media pembelajaran yang mendukung pelaksanaan kurikulum mereka, terutama media digital seperti laptop, LCD proyektor, HP dan lain sebagainya.
4. Platfrom pendidikan nasional berbasis teknologi belum mulai digalakkan di SMP
Islam Al-Ishlah Bukittinggi. Kurikulum merdeka didukung oleh platform merdeka mengajar yang membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman untuk menerapkan kurikulum merdeka. Platform ini membentuk guru untuk mengajar, belajar, dan berkarya.
Platfrom ini belum digalakkan di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi. Pengenalan mengenai platform tersebut juga baru disampaikan sedikit oleh pengawas sekolah ketika sosialisasi awal kurikulum merdeka. Jadi guru-guru PAI di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi belum memahami platform tersebut.
5. Pengannggaran untuk pendidikan di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi sudah
tertata di RKAM Kemenag. Salah satu hal yang mendukung pelaksanaan kurikulum merdeka adalah perencanaan penganggaran yang sudah tertata. Di SMP Islam Al-Ishlah Bukittingi
penganggaran pendidikan sudah tertata di RKAM dan terhubung langsung dengan
Kemenag pusat, hal ini memungkinkan sekolah untuk selalu diawasi oleh
Kemenag terutama dalam penganggaran pendidikan.
6. Upaya untuk meningkatkan kualitas guru PAI terhambat oleh terbatasnya
pelaksanaan MGMP maupun bimtek.
Pelaksanaan kurikulum merdeka tentunya harus diimbangi dengan
peningkatan kualitas guru, karena guru berperan aktif dalam kurikulum merdeka,
mereka juga dituntut untuk bisa kreatif yaitu dapat membuat bahan ajar sendiri
berupa video ajar dan lain sebagainya.
Pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan
SDM guru khususnya guru PAI berupa peningkatan kualitas di SMP Islam AlIshlah Bukittinggi masih terhambat, dikarenakan SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi adalah sekolah swasta di bawah naungan Kemenag masih jarang ada pelaksanaan MGMP maupun bimtek bimtek lainnya, berbeda dengan sekolah Ma’arif.
7. Pengalokasian dana BOS untuk mendukung pelaksanaan kurikulum merdeka di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi tertera di RKAM. Pengalokasian dana BOS dan pengadaan barang serta ruang kelas merupakan salah satu aspek keberhasilan pelaksanaan kurikulum merdeka.
Dana BOS yang sudah terelokasi dengan tepat akan mendukung pelaksanaan kurikulum merdeka di suatu sekolah. Pengalokasian dana BOS di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi mengacu pada perencanaan penganggaran yang sudah tertera di RKAM.
Untuk pencairan dana BOS dan dana-dana lainnya, sekolah harus mengajukan perencanaan pengarahan terlebih dahulu di RKAM, Jika pengajuan perencanaan penganggaran sudah disetujui oleh Kemenag maka dana BOS dapat dicairkan. Namun untuk pelaksanaan kurikulum merdeka yang membutuhkan lebih banyak dana khususnya untuk pengadaan media pembelajaran di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi ini belum begitu mencukupi.
8. Guru-guru PAI di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi sudah bisa menggunakan
media digital.
Kurikulum merdeka yang menuntut guru untuk selalu aktif dan kreatif
dalam membuat bahan ajar tentunya mengharuskan guru untuk bisa
mengoperasikan media pembelajaran terutama media digital.
Karena kurikulum merdeka adalah kurikulum berbasis teknologi, dalam mengajar guru menggunakan aplikasi merdeka mengajar. Untuk bisa menguasai penggunaan aplikasi ini tentunya guru harus melek teknologi. Guru-guru PAI di SMP Islam
Al-Ishlah Bukittinggi sudah bisa menggunakan media digital mulai dari
handphone, laptop, maupun LCD proyektor.
9. Guru-guru PAI sudah cakap dalam berinteraksi dengan siswa namun sering
menggunakan metode ceramah saat mengajar, Kurikulum merdeka menuntut siswa supaya lebih aktif saat pembelajaran berlangsung.
Siswa harus bisa mandiri untuk menyelesaikan permasalahanpermasalahan dalam pembelajaran (problem based learning) dengan melihat isuisu di lingkungan sekitar yang dijadikan bahan pembelajaran.
Untuk menggunakan metode pembelajaran tersebut siswa harus mulai dilatih untuk bisa berdiskusi dan menyampaikan pendapat masing-masing supaya mereka lebih aktif.
Namun di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi masih sedikit guru yang
menggunakan metode diskusi, dan terbilang masih jarang. Hal ini tentu
menghambat persiapan penggunaan kurikulum merdeka karena SDM siswa belum terbiasa aktif dalam kelas.
10. Guru-guru PAI di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi sudah menguasai materi
sesuai bidang keahliannya. Pelaksanaan kurikulum merdeka harus didukung oleh SDM pendidik yang mempuni, seperti hal-hal yang sudah penulis bahas sebelumnya mengenai guru
yang sangat berperan dalam kelangsungan pembelajaran, tentunya guru harus menguasai materi sesuai bidang keahliannya.
Guru-guru Pai di SMP Islam AlIshlah Bukittinggi sudah mengajar materi sesuai dengan bidang keahliannya.
Kebanyakan guru-guru di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi adalah lulusan PAI.
3. Analisis Tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penggunaan Kurikulum Merdeka di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi
1. Faktor pendukung guru PAI dalam penggunaan kurikulum merdeka di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi anatara lain:
1) Faktor Internal
a) Guru-guru PAI sudah bisa menggunakan media digital dan mengajar materi sesuai bidang keahliannya.
Pelaksanaan kurikulum merdeka harus didukung dengan SDM pendidik yang baik terutama dalam bidang teknologi dan bidang keahlian mengajar. Berdasarkan data yang penulis temukan di
lapangan saat wawancara, semua guru PAI di SMP Islam Al-Ishlah
Bukittinggi sudah bisa menggunakan media digital seperti laptop, HP,
maupun aplikasi-aplikasi di dalamnya.
Selain itu guru-guru di SMP Islam Al-Ishlah Bukitinggi sebagian besar adalah lulusan atau sarjana PAI, jadi guru-guru PAI sudah menguasai materi pembelajaran PAI itu sendiri dan sekolah ini tidak kekurangan guru PAI.
b) Adanya laboratorium komputer yang nyaman untuk pembelajaran
informatika. Pada kurikulum merdeka tingkat SMP mata pelajaran informatika
menjadi mata pelajaran wajib.
Mata pelajaran informatika berisi
berbagai kompetensi untuk menunjang keterampilan berpikir kritis dan sistematis guna menyelesaikan beragam permasalahan umum.
Persiapan pelaksanaan kurikulum merdeka di SMP ini juga didukung
dengan adanya laboratorium komputer.
c) Penganngaran biaya pendidikan dan pengalokasian dan BOS sudah tertara di RKAM Kesiapan pelaksanaan kurikulum merdeka juga ditandai dengan
pengelolaan dan penganggaran biaya operasional sekolah yang sudah
tertata dan terawasi pemerintah. Penganggaran biaya pendidikan, pengalokasian dana BOS dan pengadaan barang serta ruang kelas
SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi mengacu pada perencanaan
penganggaran yang sudah tertera di RKAM.
Untuk pencairan dana BOS dan dana lainnya, sekolah harus mengajukan perencanaan penganggaran terlebih dahulu di RKAM. Jika pengajuan perencanaan penganggaran sudah disetujui oleh Kemenag maka dana BOS dapat dicairkan.
2) Faktor Eksternal
a) Adanya bimbingan dari pengawas sekolah yang profesional
Sekolah yang hendak menggunakan kurikulum merdeka tentunya harus ada bimbingan maupun pengawasan dari pihak yang berwenang agar pelaksanaan berjalan dengan semestinya.
Pengawas sekolah di SMP Islam Al-Ishlah ini diakui sangat profesional dan kompeten dalam bidang kurikulum dan teknologi. Pengawas biasanya datang untuk monitoring evaluasi sekolah setiap 1 bulan sekali dan sudah memberikan bimbingan sosialisasi mengenai pengenalan kurikulum merdeka terhadap guru-guru di SMP Islam Al-Ishlah. Namun memang baru satu kali sosialisasi.
2. Faktor penghambat guru PAI dalam pengunaan kurikulum merdeka di SMP IslamIshlah Bukittinggi antara lain:
1) Faktor Internal
a) Media digital seperti laptop, LCD proyektor dan HP yang kurang memadai
Kurikulum merdeka adalah kurikulum berbasis teknologi, segala aspek
di dalamnya memanfaatkan teknologi digital. Termasuk dalam pembelajaran yang menggunakan teknologi digital, seperti platform merdeka mengajar dan lain sebagainya. Maka dari itu jika sekolah belum memiliki media digital yang memadai bisa dikatakan sekolah tersebut
belum siap menggunakan kurikulum merdeka.
SMP Islam Al-ishlah hanya memiliki beberapa saja proyektor LCD yang bisa dipakai secara bergantian. Begitu juga dengan laptop, hal ini juga mempersulit
penerapan kurikulum merdeka yang mana setiap guru harus mengoperasikan masing-masing satu laptop.
Selain itu peraturan sekolah yang tidak membolehkan siswa dan siswi membawa HP ke sekolah juga mempersulit pelaksanaan kurikulum merdeka.
b) Infrastruktur sekolah masih rendah
Hal yang tidak kalah penting dalam pelaksanaan kurikulum merdeka
adalah infrastruktur sekolah yang bagus atau tinggi.
Infrastruktur yang baik akan menunjang keberhasilan pelaksanaan kurikulum merdeka. Infrastruktur ini kaitannya dengan sarana prasarana dan SDM siswa.
Menurut pengamatan penulis di lapangan, perpustakaan yang dimiliki
SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi hanya berisi buku-buku, dan masih sangat sederhana. Bisa dibilang perpustakaan kecil.
Media pembelajaran masih terbatas. Ada beberapa kelas yang mengalami kerusakan, meja kursi banyak yang masih dicoret-coret dan lain sebagainya. Kemudian SDM siswa juga masih terbilang rendah, tidak banyak siswa yang aktif dalam berkegiatan dan interaksi ketika proses pembelajaran. Namun hal ini masih terus diperhatikan dan ditingkatkan oleh bapak dan ibu guru
terutama guru-guru PAI.
c) Peningkatan kualitas guru PAI masih terhambat Pelatihan-pelatihan untuk guru terutama guru-guru PAI perlu dilakukan sebelum melaksanakan kurikulum merdeka. Mulai dari penguatan soft skill, pelatihan-pelatihan terkait dengan kurikulum merdeka, dan bimtek-bimtek lain.
Peningkatan kualitas berupa penguatan skill bagi guru-guru PAI masih
terbilang rendah karena terhambat oleh keterbatasan pelaksanaan MGMP
khusus guru PAI.
d) Guru-guru PAI masih sering menggunakan metode ceramah
Pada kurikulum merdeka peserta didik diberi kebebasan untuk mengekspresikan apa saja yang ada dalam pikiran mereka, selain itu mereka diberikan keleluasaan untuk mengembangkan potensi masingmasing tentunya di bawah bimbingan pendidik atau guru, konsep inilah yang kita sebut sebagai “merdeka belajar”. Kebanyakan guru terutama
guru PAI masih menggunakan metode ceramah yang termasuk dalam metode konvensional saat mengajar. Metode ceramah kurang menstimulasi keaktifan siswa, mereka lebih bersifat pasif di kelas.
Hal ini tentunya menggambarkan bahwa guru dan siswa SMP Islam Al-Ishlah belum terbiasa untuk diskusi di dalam kelas yang mana kurikulum merdeka sangat mengutamakan keaktifan siswa dengan berdiskusi maupun metode pembelajaran lain yang memicu keaktifan siswa.
2) Faktor Eksternal
a) Sosialisasi dan bimtek tentang kurikulum merdeka masih sangat kurang
Dalam persiapan pelaksanaan kurikulum merdeka tentunya sosialisasi dan bimbingan sangat penting untuk dilaksanakan.
Sosialisasi baru dilakukan satu kali oleh pengawas sekolah dan belum maksimal
karena hanya pengenalan secara umum saja. Jadi perlu segera diadakan
sosialisasi lanjutan serta bimbingan teknik mengenai kurikulum merdeka.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Konsep kurikulum merdeka pada tingkat satuan pendidikan SMP berbeda
dengan tingkat satuan pendidikan lainnya.
Pada kurikulum merdeka satuan
tingkat pendidikan SMP mata pelajaran informatika menjadi mata pelajaran
wajib, sedangkan mata pelajaran prakarya menjadi salah satu pilihan bersama
mata pelajaran seni (seni musik, seni tari, seni rupa).
Mata pelajaran informatika
berisi berbagai kompetensi untuk menunjang keterampilan berpikir kritis dan sistematis guna menyelesaikan beragam permasalahan umum. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang dapat memilih dua jenis keterampilan, pemilihan satu jenis keterampilan dimaksudkan agar peserta didik lebih fokus mendalami satu keterampilan secara utuh sehingga menjadi lulusan yang siap kerja.
SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi adalah sekolah yang berdiri di bawah naungan kementerian agama. Perencanaan pelaksanaan kurikulum merdeka
sendiri sudah diinstruksikan kemenag untuk diterapkan mulai tahun 2023.
Walaupun begitu realisasinya tetap menunggu instruksi-instruksi selanjutnya
dari kemenag, sehingga sampai saat ini penulis melakukan penelitian di SMP
Islam Al-Ishlah Bukittinggi, sekolahan tersebut memang masih menggunakan
kurikulum 2013.
Kegiatan intrakurikulernya masih mengacu pada kurtilas dan belum beragam seperti kurikulum merdeka.
b. Kesiapan guru pendidikan agama Islam dalam menghadapi kurikulum merdeka
di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi sudah dimulai dengan adanya sosialisasi
awal oleh pengawas sekolah satu kali, penganggaran biaya operasional dan
pengalokasi dana BOS di RKAM, pengadaan laboratorium komputer dan guru PAI sudah mampu menggunakan media digital serta mengajar sesuai bidang keahlian masing-masing.
c. Faktor pendukung dan penghambat guru pendidikan agama Islam dalam
menghadapi kurikulum mereka di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi sangat
beragam, yaitu:
1) Faktor pendukung guru PAI dalam menghadapi kurikulum merdeka di SMP
Islam Al-Ishlah Bukittinggi
a) Guru-guru pendidikan agama Islam bisa menggunakan media digital dan
mengajar materi sesuai bidang keahliannya.
b) Adanya laboratorium komputer yang nyaman untuk pembelajaran
informatika.
c) Penganggaran biaya pendidikan dan pengalokasian dana BOS sudah
tertata di RKAM.
d) adanya bimbingan dari pengawas sekolah yang profesional.
2) Faktor penghambat guru PAI dalam menghadapi kurikulum merdeka di SMP
Islam Al-Ishlah Bukittinggi
a) Media digital seperti laptop LCD proyektor dan HP yang kurang
memadai.
b) Peningkatan kualitas guru PAI masih terhambat
c) Guru-guru pai masih sering menggunakan metode ceramah
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang kesiapan guru PAI dalam penggunaan kurikulum merdeka di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi maka penulis mengajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi kepala sekolah
a) Perbanyak mengadakan bimtek maupun sosialisasi mengenai kurikulum
merdeka, supaya sekolah lebih siap untuk menggunakan kurikulum tersebut.
b) Teruslah berusaha untuk meningkatkan infrastruktur sekolah, karena
infrastruktur yang baik berasal dari kerjasama yang baik, karena
infrastruktur sekolah yang baik akan mendukung pelaksanaan kurikulum
merdeka.
2. Bagi guru-guru PAI
a) Teruslah melakukan inovasi-inovasi dan tingkatkan kreativitas pembelajaran sesuai perkembangan zaman supaya siswa tidak merasa bosan saat pembelajaran berlangsung, dengan begitu SDM siswa akan meningkat dan siap melaksanakan kurikulum merdeka.
b) Cobalah metode-metode pembelajaran lain selain ceramah, karena hal ini
akan mengurangi kebosanan dan memicu keaktifan siswa, hal ini bisa mendukung pelaksanaan kurikulum merdeka karena siswa terlatih untuk lebih aktif.
3. Bagi siswa
a) Jangan ragu dan takut untuk menyatakan pendapat dan aspirasi kalian
selama dalam hal positif dan dengan cara yang benar.
b) Kembangkan potensi yang ada dalam diri kalian.
c) Selalu menghormati guru, menjaga sarana prasarana sekolah dan menjaga
kebersihan lingkungan sekolah agar infrastruktur sekolah selalu meningkat
guna mendukung pelaksanaan kurikulum merdeka.
4. Bagi penelitian dimasa yang akan datang
a) Karya tulis ini bisa dijadikan bahan referensi untuk penelitian penelitian
yang akan datang
b) Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi peneliti lain khususnya yang
berhubungan dengan kurikulum merdeka. (Red)