JAKARTA -kompas86.com
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengapresiasi beberapa daerah yang telah mencatat posisi terendah angka inflasi berdasarkan data-data yang ia dapat. Hal tersebut mengemuka dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah secara luring dan daring di Sasana Bhakti Praja, Kemendagri pada Senin, (28/8/2023). Sekda Kabupaten Jepara Edy Sujatmiko didampingi Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Jepara Hery Yuliyanto dan Siti Nurjanah selaku Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Kabupaten Jepara beserta perwakilan dinas terkait pun turut menghadiri secara daring rapat tersebut.
Mendagri dalam pengantarnya menjelaskan bahwa beberapa waktu ke depan akan banyak provinsi, kabupaten, dan kota yang dijabat oleh posisi Penjabat (Pj). Ia berpesan bahwa salah satu indikator capaiannya adalah nilai inflasi.
“Jangan sampai inflasinya tiga kali berturut-turut, nilai inflasinya tidak terkendali diatas nasional,” tegas Mendagri Tito.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang juga hadir, menyoal tentang langkah yang bisa dilakukan untuk mengendalikan inflasi. Menurutnya saat ini agar negeri tetap, aman, damai, sejahtera dan itu semua tergantung pada koordinasi bersama.
“Persoalan kenapa naik bukan pada masalah ketersediaan komoditas tapi pada masalah distribusi dan sistem logistik. Tapi di Kementerian Pertanian sudah ada pemetaan daerah mana yang merah, kuning, hijau,” jelas Mentan.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti secara rinci menyampailan perkembangan terkini komoditas pangan strategis. Yang perlu menjadi catatan yaitu komoditas pemberi andil utama sampai minggu keempat bulan Agustus yakni cabai rawit, cabai merah, dan beras.
Catatan BPS, kenaikan cabai rawit ini secara bertahap dan berdampak pada adanya disparitas harga yang tinggi antara di barat dan timur Indonesia disebabkan musim kemarau. Sedangkan untuk beras, ada kecenderungan di akhir tahun harganya tinggi dibanding bulan-bulan lain di tahun itu.
Sedangkan komoditas penyumbang penurunan IPH antara lain daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang merah.
“Ada 10 kabupaten/kota yang mengalami indeks perkembangan harga (IPH) tertinggi tetapi catatan kami lebih rendah daripada IPH minggu lalu yakni di NTT Sumba Tengah sebesar 2,31% dan ini yang tertinggi dibanding kabupaten/kota lainnya,” jelas Widyasanti.
Dalam rapat tersebut, turut disampaikan materi dari beberapa narasumber antara lain Bulog Epi Suandari, Dr. Andriko Noto Susanto selaku Deputi Bidang Keanekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Bambang Wisnu Broto Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Wakil Kepala Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri Helfi Assegaf, Sekretaris JAM Datun Raden Febrytrianto, dan Brigjen TNI Dr. Eko Nursanto perwakilan Panglima TNI
(Rud/Karisma)