Proyek Jalan Lapen di Teja Barat Diduga Asal-Asalan, Warga Khawatir Cepat Rusak

banner 468x60

Pamekasan, kompas86.com – Proyek pembangunan jalan lapis penetrasi makadam (lapen) di Dusun Tambengan, Desa Teja Barat, Kecamatan Pamekasan, disorot warga.

Pembangunan jalan sepanjang 725 meter dengan lebar 2,5 meter itu menghabiskan anggaran Rp 250 juta dari Tahun Anggaran 2025. Dalam papan nama proyek juga tercantum pengawasan dari BPK Provinsi Jawa Timur.

Namun, hasil pantauan di lapangan menunjukkan pengerjaan proyek diduga tidak sesuai spesifikasi teknis pekerjaan lapen sebagaimana diatur dalam Spesifikasi Umum Bina Marga.

Sesuai standar Bina Marga, pemadatan lapisan pondasi lapen harus menggunakan baby roller atau tandem roller dengan berat minimal 6–8 ton. Alat ini berfungsi untuk mengunci batu agar rapat dan rata. Namun, pada proyek ini, pemadatan awal terlihat dilakukan menggunakan mobil pick up. Cara ini jelas tidak sesuai ketentuan, karena mobil tidak memiliki daya tekan yang cukup sehingga hasil padatan tidak maksimal.

Dalam pekerjaan lapen, batu pecah yang digunakan harus memiliki ukuran tertentu (3–5 cm) dan ditata merata di atas badan jalan dengan ketebalan sekitar 8–10 cm. Setelah itu dilakukan pemadatan bertahap. Fakta di lapangan menunjukkan batu hanya ditumpahkan tanpa disusun rapi, sehingga permukaan jalan tampak bergelombang dan tidak merata.

Tahap paling penting dalam lapen adalah penetrasi aspal cair. Aspal disemprotkan pada batu pondasi agar meresap ke celah, berfungsi sebagai pengikat antar batu. Setelah itu baru ditaburi batu pecah ukuran lebih kecil (1–2 cm) dan dipadatkan kembali.

Namun, pada proyek ini, proses penyemprotan aspal di tahap awal tidak terlihat. Batu langsung dipadatkan tanpa adanya lapisan aspal penetrasi. Kondisi ini berpotensi membuat ikatan antar batu lemah, sehingga jalan cepat rusak, berdebu, dan berlubang saat dilewati kendaraan.

Sejumlah warga Dusun Tambengan mempertanyakan kualitas pembangunan tersebut. Mereka khawatir jalan yang baru dibangun tidak akan bertahan lama.

“Kalau dipadatkan pakai mobil, bukan pakai roller, pasti cepat rusak. Batu juga tidak disusun rapi, hanya asal ditumpahkan. Anggaran Rp 250 juta terlalu besar kalau hasilnya begini,” kata salah seorang warga, Senin (29/09)

Proyek senilai Rp 250 juta dengan panjang 725 meter dan lebar 2,5 meter seharusnya menghasilkan kualitas jalan yang baik jika dikerjakan sesuai standar. Karena itu, warga menilai pengawasan dari pihak pemerintah desa maupun instansi teknis kurang maksimal.

Hingga berita ini diturunkan, pihak pelaksana proyek maupun pemerintah desa Teja Barat belum memberikan keterangan resmi terkait dugaan penyimpangan teknis dalam pekerjaan jalan lapen tersebut.

Pos terkait