Bukittinggi, KOMPAS86.com – Mungkin banyak warga kota Bukittinggi yang pecinta sepakbola tidak mengetahui, bagaimana history nama klub kebanggaan kota Bukittinggi,sebelum bernama PSKB (Persatuan Sepakbola Kota Bukittinggi) sekarang.
Di era 70 – 80an ,klub kebanggaan kota Bukittinggi bernama PSA (Persatuan Sepakbola Agam), karena sebelum pemekaran di awal tahun 1984, Bukittinggi adalah ibukota kabupaten Agam, yang berkantor di Jln A.Yani (sekarang Swalayan Ramayana).
PSA Bukittinggi menaungi sejumlah klub klub sepakbola yang ada di kota Bukittinggi kala itu,antara lain :
– PLN
– CCA (Pasar Atas)
– Persitas (Tarok)
– Arena Putra /Persika ( Banto darano)
– Kosmos (Garegeh)
– Birugo Putra (Birugo)
– Banthous ( Pasar Banto )
– PSPKS ( Pulai)
– Mercys (Sarojo)
– Diamers (Pasa Daging)
– Persi (Ipuh)
– POP (Polres)
– Putra Harapan (Tengah Sawah)
– TMT (Tembok)
Birugo Putra adalah klub terakhir yang sukses mengangkat trofi juara (1983),di turnamen sepakbola antar klub naungan PSA di kota Bukittinggi,usai kalahkan CCA 2 – 0 di final.
Dua tim tangguh naungan PSA Bukittinggi,masing masing klub diperkuat oleh,Hendri Susilo, Syafruddin Kawek,Didi Efendi (CCA Pasar Atas),H.Dedi Yanto,Boy,Oyong (Birugo Putra).
Sederet nama pemain yang ikuti dua generasi PSA dan PSKB adalah :
Hendri Susilo,Irzal kiling, Doyok,H Dedi Yanto, Susilo, Hasnul abeng, Sumba, Deni,At katrok,H Edi Salido,Erizal, Adi Sayria,Syamsir, Hamdani dan lain-lain.
Pada era itu, olahraga sepakbola sangat populer di kota Bukittinggi, setiap turnamen yang digelar, selalu ramai dipadati penonton.
Ada peristiwa unik yang viral saat itu, yang tak bisa dilupakan, bahkan muncul di koran “Sentana” waktu itu, tentang “Boyong” pemain Birugo Putra ketika kontra Ps PLN di turnamen antarklub PSA, “Boyong saat itu meninju wasit sampai berdarah darah, langsung dijemput dengan Jeep Putih CPM (Corp Polisi Militer)”,ujar H.Dedi Yanto menceritakan kisahnya kepada media (25/9).
“Selanjutnya,Boyong diborgol,diapit oleh 2 orang anggota CPM,lalu dimasukan kedalam sel CPM, dengan kondisi masih memakai kostum lengkap,masih pakai sepatu bola,dan tidak boleh dibuka,dikurung semalaman dalam Sel tahanan CPM, akibat berlaku brutal saat bermain bola”, tukasnya.
“Penahan tersebut dilaksanakan oleh M.Nur Isa loe Komandan CPM sekaligus ketua PSA Bukittinggi,yang geram dengan perilaku Boyong, yang bersikap anarkis, serta semena mena terhadap wasit”, jelasnya.
“Setelah itu, akhirnya Boyong dibebaskan kembali usai ditahan semalaman, dengan diberikan sanksi hukuman larangan bermain bola seumur hidup oleh PSA Bukittinggi”, pungkasnya.
Artikel ditulis untuk mengenang sepenggal sejarah sepakbola di kota Bukittinggi yang hampir terlupakan,dan untuk mendorong serta memotivasi generasi muda,bahwa sepakbola di Bukittinggi bisa menjadi ajang silaturahmi.
(*)