Kabupaten Maros/Provinsi Sulawesi Selatan,
Kompas86. Com– Suasana haru dan takjub menyelimuti kawasan wisata karst Rammang-rammang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu (13/9/2025).
Sebanyak 61 perahu tradisional jenis jolloro berhiaskan warna-warni maulid tumpah ruah di Sungai Puteh, menyuguhkan pemandangan yang memikat hati siapa pun yang menyaksikannya.
Di bawah langit biru yang bersih, iring-iringan perahu bergerak perlahan dari Jembatan Sungai Puteh menuju Dermaga Dua Rammang-rammang. Di kiri-kanan, gugusan bukit karst menjulang megah, menjadi saksi bisu kearifan lokal yang terus hidup dari generasi ke generasi.
Bukan hanya masyarakat lokal yang larut dalam prosesi budaya bernama Maulid Perahu ini, puluhan wisatawan mancanegara pun terlihat tak henti mengabadikan momen unik tersebut. Suasana terasa begitu syahdu ketika perahu berhias khas maulid berlayar di tengah sungai, diiringi lantunan shalawat dan semangat warga yang menyala.
Kepala Desa Salenrang bersama lembaga adat, Pokdarwis, dan komunitas Rammang-rammang bahu-membahu menyelenggarakan acara ini. Tak hanya perahu berhias, berbagai lomba tradisional seperti dende-dende dan lambasenang turut memeriahkan hari penuh berkah itu.
Wakil Bupati Maros, Andi Muetazim Mansyur, yang hadir di lokasi, menyampaikan rasa bangganya.
“Maudu Jolloro bukan hanya syiar agama, tetapi juga potensi budaya dan pariwisata yang bisa memperkenalkan Maros ke mata dunia,” ujarnya penuh harap.
Sementara itu, Wahyu (46), salah satu warga Pangkep, tak kuasa menahan kekagumannya melihat pemandangan yang begitu indah dan antusiasme masyarakat yang membludak.
“Jujur, saya terharu dan bangga melihat sungai ini dipenuhi perahu berhias yang begitu indah. Saya bahkan datang dari Pangkep hanya untuk melihat kegiatan ini. Semoga tradisi ini tak pernah padam dan bisa terus dilaksanakan setiap tahun. Saya berharap kelak, Maudu Jolloro akan semakin dikenal, bukan hanya di Maros, tapi sampai ke mancanegara,” ujarnya penuh harapan.
Prosesi Maulid Perahu di Rammang-rammang bukan hanya ritual keagamaan, melainkan juga jembatan silaturahmi yang mempersatukan masyarakat, sekaligus magnet wisata yang membuat siapa pun ingin kembali merasakan kehangatan tradisi di tanah Maros.(*)
Jurnalis: Mirwan