Kutai Kartanegara (Kalimantan Timur)-Kompas86.com
DPRD kabupaten Kutai Kartanegara membentuk tim Adhoc/khusus atas kasus pencabulan yang terjadi di pondok pesantren di Kecamatan Tenggarong Seberang, yang pelakukunya sendiri oknum pengajar.
kasus tersebut terungkap saat Rapat Dengar Pendapat (RPD) oleh Komisi IV DPRD Kabupaten Kutai Kartanegara. Tim Adhoc yang nantinya akan mengusut Akan Keberadaan Pondok pesantren itu, untuk keberlanjutan.
Ketua Komisi IV DPRD Kukar, Andi Faisal Mengatakan bahwa Kasus Pencabulan Tersebut mencoreng nama baik dunia pendidikan khususnya pondok pesantren. Sehingga banyak pengelola Ponpes menyampaikan aspirasi, agar nama baik ponpes terjaga dengan baik”.
“Melalui tim khusus nantinya akan memutuskan hasil yang terbaik, berdasarkan aspirasi dari masyarakat yang mengharapkan Ponpes tersebut di tutup”. Ucap tim khusus yang Terdiri dari Psikolog, Dinsos, DPRD dan DP3A Kukar.
Lebih lanjut, Tim Khsus juga menyampaikan bahwa kasus ini terjadi karna kurangnya pengawasan baik di dalam maupun dikuar instansi.
Untuk saat ini semua santri dan santriwati di Ponpes akan dilakukan konseling dan untuk korban akan didampingin oleh tim khusus untuk dilakukan pemulihan karna untuk saat ini korban mengalami trauma yang sangat besar.
Tim khusus juga menegaskan, “Bahwa kedepanya tidak ada lagi lembaga pendidikan yang tertutup seperti ponpes ini, Semua sekolah Harus terbuka. Untuk itu kita akan membuatkan Payung Hukum”. Tegasnya
Rina Zaitun, Ketua TRC PPA Kaltim, menyampaikan bahwa saat ini keluarga korban sangat resah, karna diintimidasi oleh oknum tertentu.
“Supaya Keluarga korban mengambil dokumentasi, sebagai bukti untuk di sampaikan kepada polres Kukar, jikalau mendapat bentuk intimidasi/ didatangin dirumah”. Tegas Rina Zaitun
kejadian intimidasi ini baru saja di lakukan oleh oknum, melalui chat hingga mendatangi rumah korban.yang bertujuan untuk menekan psikis korban.
“Pastikan yang datang kerumah itu, bagian dari Ponpes” tegasnya.
Berharap kasus ini segera di tuntaskan, sehingga ponpes tidak menjadi wadah pencetak LGBT, karena diduga masih adanya pelaku dan korban tidak berani angkat bicara.
Jurnalis Zend Verry