PT Garam Dicap Tak Berhati Nurani: Warga Pandan dan GEMPA Kepung Akses, Tuntut Keadilan yang Telah Lama Dihisap

banner 468x60

PAMEKASAN|| kompas86.com – Aroma busuk ketidakpedulian PT Garam Persero yang beroperasi di Desa Pandan akhirnya meledak.

Warga yang sudah terlalu lama diam dan diperlakukan bak debu di kaki raksasa korporasi, kini bangkit, didampingi oleh Gerakan Masyarakat Pamekasan (GEMPA), warga Desa Pandan melakukan aksi besar: menutup total akses keluar masuk PT Garam di desa setempat. Rabu (04/06/25)

Bukan tanpa sebab. Bertahun-tahun PT Garam menggali keuntungan dari tanah Pandan, namun tak sepeser pun kontribusi nyata mengalir ke masyarakat.

Sebaliknya, yang ditinggalkan hanyalah jalan-jalan rusak, akses air bersih yang makin sulit, dan lingkungan yang kian tercemar.

“PT Garam seperti makhluk tak bermata hati, menambang lahan kami, meraup untung, lalu meninggalkan kami di kubangan penderitaan,” tegas Abdus Salam, Ketua GEMPA, dengan suara membara.

Sudah terlalu lama warga Pandan hanya disuguhi janji palsu dan retorika murahan soal tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Faktanya? Tidak ada dana sosial, tidak ada program pemberdayaan, tidak ada sentuhan kemanusiaan, hanya gedung-gedung pabrik PT. Garam yang menjulang seperti simbol keserakahan yang menindas.

Hariyanto S.Sos, Kepala Desa Pandan, bersama perangkat desa lainnya, ditengah aksi ini, Ia menyampaikan bahwa masyarakat telah muak dan tak sudi lagi menjadi korban eksploitasi tanpa batas.

“Kami minta PT Garam segera serahkan sewa lahan kepada pemerintah desa, bukan hanya hak, itu kewajiban moral yang selama ini mereka abaikan,” ujar Hariyanto.

Aksi ini bukan gertakan sambal. Masyarakat Desa Pandan dan GEMPA menegaskan bahwa blokade akan terus dilakukan sampai PT Garam duduk di meja perundingan dengan kepala menunduk dan telinga terbuka, bila tidak? Boikot total, dan gelombang perlawanan akan terus membesar.

“Kalau PT Garam masih keras kepala, maka jangan salahkan kami bila eskalasi aksi akan lebih besar, lebih lantang, dan lebih mengguncang!” lanjut Abdussalam, Ketua Gempa.

Aksi ini adalah simbol perlawanan dari rakyat yang diinjak-injak harga dirinya. Pandan bukan tanah mati yang bisa diperah tanpa belas kasihan. Warga menuntut hak, bukan mengemis. Dan hari ini, suara rakyat telah bangkit dari tanah yang selama ini dijarah dalam diam.

PT Garam, dengarlah! Waktu bermain sandiwara sudah habis. Sekarang saatnya bayar utang moral pada masyarakat yang selama ini kalian abaikan!

Pos terkait