Kompas87.com, Bireuen – Dalam upaya mengintegrasikan pelestarian lingkungan dengan pemberdayaan ekonomi umat berbasis nilai keagamaan, Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bireuen resmi meluncurkan program serentak Penanaman Pohon Matoa di lingkungan MIN 50 Bireuen, pada Selasa (22/4/2025).
Kegiatan ini merupakan bentuk konkret dukungan terhadap Gerakan Menanam Sejuta Pohon, salah satu program strategis nasional Kementerian Agama Republik Indonesia yang bertujuan membangun ekosistem hijau berkelanjutan di lingkungan pendidikan agama.
Launching program dipimpin langsung oleh Kepala Kankemenag Bireuen, Dr. H. Zulkifli, S.Ag., M.Pd., diwakili Kasubbag TU, Drs. H. Mukhlis, para Kasi, serta para kepala MIN, MTs, dan MAN se-Bireuen. Hadir pula Kepala MIN 50 Bireuen, Darmawati, M.Ag., serta para tamu undangan dari berbagai elemen pendidikan dan keagamaan.
Kegiatan ini bukan sekadar simbolik penghijauan, tetapi juga bagian dari strategi jangka panjang dalam membangun ketahanan ekologi sekaligus ketahanan ekonomi keluarga berbasis keagamaan.
“Pohon matoa bukan hanya sumber oksigen dan keteduhan. Ia menyimpan nilai kesehatan dan potensi ekonomi yang luar biasa. Ini investasi dunia sekaligus akhirat,” tegasnya.
Sebanyak 300 bibit pohon Matoa (Pometia pinnata) disiapkan untuk ditanam di lingkungan madrasah se-Kabupaten Bireuen. Tanaman endemik Papua ini kini mulai dikembangkan di Aceh karena buahnya yang kaya vitamin C dan E, tinggi antioksidan, serta memiliki nilai jual ekonomi tinggi.
Program ini diyakini menjadi titik awal lahirnya kemandirian pangan berbasis keluarga, sembari memperkuat gerakan cinta lingkungan yang dilandasi oleh ajaran Islam. Sebagaimana ditegaskan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, “Jika kiamat terjadi dan di tanganmu ada benih, maka tanamlah.” Menanam pohon dipandang sebagai sedekah jariyah, yang manfaatnya terus mengalir, tak hanya bagi manusia tapi juga bagi seluruh makhluk hidup.
“Kemenag Bireuen ke depan berkomitmen memperluas program ini. Kami akan menggandeng dayah, organisasi keagamaan, hingga komunitas lokal, agar gerakan hijau ini menjadi bagian dari budaya spiritual dan sosial masyarakat.
Dengan gerakan ini, Kemenag Bireuen ingin meletakkan fondasi pembangunan hijau yang holistik—memadukan unsur spiritual, ekologis, dan ekonomi—demi terwujudnya Bireuen yang lebih hijau, sehat, dan berdaya saing. ( Hendra)
Kemenag Bireuen Louching Pohon Matoa Di MIN 50 Bireuen, Hijaukan Madrasah Bangkitkan Ekonomi Umat
